Senin, 09 Mei 2016

TEORI KEPRIBADIAN PSIKOANALISIS: SIGMUND FREUD



TEORI KEPRIBADIAN PSIKOANALISIS: SIGMUND FREUD
Disusun Oleh
Saipul Anwar                       Teti Fitriani                
Vina Inayah                

A.           PENDAHULUAN
Di era globalisasi ini banyak sekali warga Negara Indonesia yang mempunyai kepribadian baik. Kepribadian sangat mencerminkan perilaku seseorang, maka dengan adanya mata kuliah ini kita diajarkan menjadi seorang pribadi yang mempunyai kepribadian yang sangat baik. Setiap orang sama seperti kebanyakan atau bahkan semua orang lain, kita bisa tahu apa yang diperbuat seseorang dalam situasi tertentu berdasarkan pengalaman diri kita sendiri. Kenyataannya, dalam banyak segi, setiap orang adalah unik, khas. Akibatnya yang lebih sering terjadi adalah kita mengalami salah paham dengan teman di kampus, sejawat di kantor tetangga atau bahkan dengan suami atau istri dan anak-anak dirumah. Kita terkejut oleh tindakan di luar batas yang dilakukan oleh seseorang yang biasa dikenal alim dan saleh, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, kita membutuhkan sejenis kerangka acuan untuk memahami dan menjelaskan tingkah laku diri sendiri dan orang lain. kita harus memahami defenisi dari kepribadian itu, bagaimana kepribadan itu terbentuk. Selain itu kita membutuhkan teori-teori tentang tingkah laku, teori tentang kepribadian agar terbentuk suatu kepribadian yang baik. Sehingga gangguan-gangguan yang biasa muncul pada kepribadian setiap individu dapat dihindari. Psikologi kepribadian adalah salah satu cabang dari ilmu psikologi. Psikologi kepribadian merupakan salah satu ilmu dasar yang penting guna memahami ilmu psikologi. Manusia sebagai objek material dalam pembelajaran ilmu psikologi tentu memiliki kepribadian dan watak yang berbeda satu dengan yang lainnya bahkan tidak semua orang dapat memahami kepribadian dirinya sendiri. Banyak para ahli yang membuat suatu teori kepribadian. Namun dalam makalah ini akan dipaparkan mengenai teori kepribadian menurut Freud.
B.            PEMBAHASAN
1.             Tokoh dan teori Dasar Psikoanalisis
Teori ini dikembangkan oleh sigmund freud. Dia dilahirkan pada tanggal 6 Mei 1586 di kota Morivia dan meninggal dunia pada tanggal 23 September 1939 di London. Dia lahir dari kalangan kelas menengah yahudi. Ayahnya, Jacob Freud bekerja sebagai pedagang wol yang kurang sukses.
Freud adalah anak sulung dari istri kedua ayahnya. Pada saat Freud dilahirkan, ayahnya berumur 40 tahun, sementara ibunya berumur 20 tahun. Perlakuan ayahnya sangat kasar dan otoriter. Freud mengakui pada saat kecilnya, dia memusuhi dan membenci ayahnya. Sedangkan ibunya bersifat lembut, menarik, melindungi, dan mencintai. Freud merasa bergairah secara seksual terhadap ibunya. Kondisi ini mengilhami teorinya tentang konsep Oedipus Complex, sebagai bagian terpadu dari masa kecilnya. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa teori Freud lahir sebagai refleksi dari pengalaman masa kecilnya.
Psikoanalisis memerlukan interaksi verbal yang cukup lama dengan pasien untuk menggali kehidupan pribadinya yang paling dalam. Pengalamannya menaangani para pasien banyak memberikan inspirasi kepada Freud untuk menyusun teori kepribadiannya. Pengembangan teorinya itu, didukung juga oleh  penelaahan terhadap konflik-konflik dan kecemasan-kecemasan yang dialaminya sendiri. Nampaknya Freud dalam kehidupanya kurang bahagia, karena banyak masalah yang dialaminya, sehingga untuk menghindarinya, dia menjadi pecandu roko. Tidak kurang dari 20 batang sigaret dia hisap setiap harinya. Terhadap masalah-masalah yag dialaminya ini, dia berusaha untuk menganalisisnya selama setengah jam setiap harinya dalam jangka waktu lebih dari 40 tahun.
            Teori Freud memiliki beberapa kelemahan, terutama dalam hal-hal berikut.
1)      Pendapat Freud yang menyatakan bahwa ketidaksadaran  (unconsciousness) amat berpengaruh terhadap perilaku manusia. Pendapat ini menunjukkan bahwa manusia menjadi budak dari dirinya sendiri.
2)      Pendapat Freud yang menyatakan bahwa pengalaman masa kecil sangat menentukan atau berpengaruh terhadap kepribadian masa dewasa. Ini menunjukkan bahwa manusia tak berdaya untuk mengubah nasibnya sendiri.
3)      Pendapat Freud yang menyatakan bahwa kepribadian manusia terbentuk berdasarkan cara-cara yang ditempuh untuk mengatasi dorongan-dorongan seksualnya. Ini menunjukkan bahwa dorongan yang lain dari individu kurang diperhatikan.
Ada dua asumsi yang mendasari teori psikoanalisis Freud, yaitu:
1.      Determinisme Psikis (psychic Determinism)
Asumsi ini mengatakan bahwa segala sesuatu yang dilakukan, dipikirkan, atau dirasakan individu mempunyai arti dan maksud, serta semuanya itu secara alami sudah ditentukan.
2.      Motivasi tak sadar
Freud menyakini bahwa sebagian besar tingkah laku individu (seperti perbuatan, berfikir dan merasa) ditentukan oleh motif tak sadar.
2.             Struktur Kepribadian
Freud membagi strukrut kepribadian kedalam tiga komponen, yaitu:
a.              Id (Das Es), Aspek Biologis Kepribadian
Id merupakan komponen kperibadian yang primitif, instinktif (yang berusaha untuk memenuhi kepuasaan instink) dan rahim tempat ego dan super ego berkembang. Id berorientasi pada prinsip kesenangan (plesure principle) atau prinsip reduksi ketegangan. Id merupakan sumber energi dari instink kehidupan (eros) atau dorongan-dorongan biologis. Dan isntink kematian/instink agresif (tanatos) yang menggerakkan tingkah laku. Prinsip kesenangan merujuk pada pencapaian kepuasan yang segera dari dorongan-dorongan biologis tersebut. Id merupakan proses primer yang bersifat primitif, tidak logis, tidak rasional, dan orientasinya bersifat fantasi (maya).
Dalam mereduksi ketegangan atau menghilangkan kondisi yang tidak menyenangkan dan untuk memperoleh kesenangan, id menempuh dua cara (proses), yaitu melalui refleks dan proses primer (The Primarry Process). refleks merupakan reaksi-reaksi mekanis/otomatis yang bersifat bawaan seperti bersin dan berkedip. Melalui refleks ketegangan (perasaan tak nyaman) dapat direduksi dengan segera. Proses primer merupakan rekasi-reaksi psikologis yang rumit. Prose primer berusaha mengurangi ketegangan dengan cara membentuk hayalan tentang objek atau aktivitas yang akan menghilangkan ketegangan tersebut. Misalnya: pada saat lapar menghayalkan makanan;
Berbagai halusinasi pada orang yang mengalami gangguan jiwa merupakan contoh dari proses primer ini. Namun, yang jelas proses primer ini tidak dapat mengurangi ketegangan. Rasa lapar tidak dapat terpenuhi (menjadi kenyang) hanya dengan membayangkan makanan. Oleh karena itu, dengan proses primer tidak dapat mereduksi ketegangan atau memenuhi keinginan dan dorongan, maka cara atau proses baru perlu dikembangkan. Atas dasar inilah komponen kepribadian kedua terbentuk, yaitu ego (Das Ich).
b.             Ego (Das Ich), Aspek Psikologis Kepribadian
Ego merupakan eksekutif atau manager dari kepribadian yang membuat keputusan (decision maker) tentang instink-instink mana yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya; atau sistem kepribadian yang terorganisasi, rasional dan berorientasi kepada prinsip realitas (reality principle). Peranan utama ego adalah sebagai mediator (perantara) atau yang menjambatani anatara id (keingainan yang kuat untuk mencapai kepuasan) dengan kondisi lingkungan atau dunia luar yang diharapkan. Ego dibimbing oleh prinsip realitas (reality principle) yang bertujuan untuk mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukan suatu objek yang cocok untuk pemuasan kebutuhan atau dorongan id.
Hal yang harus diperhatikan dari ego ini adalah bahwa:
1)      Ego merupakan bagian dari id yang kehadirannya bertugas untuk memuaskan kebutuhan id, bukan untuk mengecewakannya
2)      Seluruh energi (daya) ego berasal dari id, sehingga ego tidak terpisah dari id
3)      Peran utamanya menegahi kebutuhan id dan kebutuhan lingkungan sekitar
4)      Ego bertujuan untuk mempertahankan kehidupan individu dan pengembangbiakannya
c.              Super ego (das Uber Ich), Aspek Sosiologis Kepribadian
Super ego merupakan komponen moral kepribadian yang terkait dengan standar atau norma masyarakat mengenai baik dan buruk, benar dan salah. Melalui pengalaman hidup, terutama pada usia anak, individu telah menerima latihan atau informasi tentang tingkah laku yang baik dan yang buruk, individu menginternalisasi berbagai norma sosial atau prinsip-prinsip moral tertentu, kemudian menuntut individu yang bersangkutan untuk hidup sesuai norma tersebut.
Super ego berkembang pada usia sekitar usia sekitar 3 atau 5 tahun. Pada usia ini, anak belajar untuk memperoleh hadiah (rewards) dan menghindari hukuman (punishment) dengan cara mengarahkan tingkah lakunya yang sesuai dengan ketentuan atau keinginan orang tuanya. Apabila tingkah lakunya ternyata salah, tidak baik (bad) atau tidak sesuai dengan ketentuan orang tuanya, kemudian mendapat hukuman, maka peristiwa itu membentuk kata hati (conscience) anak. Sedangkan apabila perkataan atau tingkah lakunya baik (good), disetujui dan mendapat ganjaran dari orang tuanya, maka peristiwa ini membentuk ego-ideal anak.
Super ego berfungsi untuk:
1)      Merintangi dorongan-dorongan id, terutama dorongan seksual dan agresif, karena dalam perwujudannya sangat dikutuk oleh masyarakat
2)      Mendorong ego untuk menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan-tujuan moralistik
3)      Mengejar kesempurnaan (perfection)
Freud membandingkan struktur kepribadian atau lapisan kesadran itu dengan gunung es yang menggambarkan bahwa kesadaran itu terdiri atas tiga tingkat, yaitu sebagai berikut.
a.              Kesadaran (conscious) merupakan bagian kehidupan mental attau lapisan jiwa individu. Kehidupan mental ini memilki kesadaran penuh (fully aware). Melalui kesadarannya, individu mengetahui tentang: siapa dia, sedang apa dia, sedang dimana dia, apa yang terjadi sekitarnya, dan bagaimana dia memperoleh yang diinginkkannya. Freud menyakini bahwa kesadaran individu merupakan bagian terkecil dari kehidupan mentalnya.
b.             Ambang sadar (preconscious) merupakan lapisan jiwa dibawah kesadaran, sebagai tempat penmapungan dari ingatan-ingatan yang tidak dapat diungkap secara tepat, namun dengan usaha tertentu sesuatu itu dapat diingat kembali.
c.              Ketidaksadaran (unconscious) merupakan lapisan terbesar dari kehidupan mental individu. Area ini merupakan gudang dari instink-instink atau pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan (emotional pain) yang diproses.
3.             Dinamika Kepribadian
Dinamika kepribadian terkait dengan proses pemuasan instink, pendistribusian energi psikis dan dampak dari ketidakmampuan ego untuk mereduksi ketegangan pada saat bertransaksi dengan dunia luar yaitu kecemasan (anxiety).
a.       Instink
Istink merupakan kumpulan hasrat atau keinginan (wishes). Freud mengkalsifikasikan instink kedalam dua kelompok, yaitu:
1)      Instink hidup (life intink: eros). Instik hidup merupakan motif dasar manusia yang mendorongnya untuk bertingkah laku secara positif atau konstruktif. Instink ini berfungsi untuk melayani manusia agar tetap hidup dan mengembangkan rasnya.
2)      Instink hati (death instink: thanatos). Instink merupakan motif dasar manusia yang mendorongnya untuk bertingkah laku yang bersifat negatif atau destruktif. Freud menyakini bahwa manusia yang dilahirkan membawa doronganuntuk mati (keadaan yang tak bernyawa=innanimate state). Pendapat ini didasarkan kepada prinsip konstansi ari Fechner yaitu bahwa semua proses kehidupan ini cenderung kembali kepada dunia yang organis.
Instink mempunyai empat macam karakterisrik, yaitu;
a)      Sumber (source) kondisi rancangan jasmaniah atau needs,
b)      Tujuan (aim): menghilangkan rangsangan jasmaniah atau mereduksi ketegangan sehingga mencapai kesenangan dan terhindar dari rasa sakit
c)      Objek (object): meliputi benda atau keadaan yang berada di lingkungan yang dapat memuaskan kebutuhan, termasuk kegiatan untuk memperoleh objek tersebut, seperti belanja atau memasak makanan
d)     Pendorong/penggerak (impetus): kekuatan yang bergantung kepada intensitas (besar kecilnya) kebutuhan, seperti makin lapar orang, penggerak instink makin besar pula.
b.      Pendistribusian dan Penggunaan Energi Psikis
Dinamika kepribadian merujuk kepada cara kepribadian berubah atau berkembang melalui pendistrubusian dan penggunaan energi psikis,baik oleg id, ego, maupun super ego.
Id menggunakan energi ini untuk memperoleh kenikmatan (pleasure principle) melalui 1) gerakan reflleks, dan 2) proses primer (menghayal atau berfantasi tentang objek-objek yang dapat memuaskan instink.
1)             Konflik
Freud berasumsi bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil rentetan konflik internal yang terus menerus. Freud menyakini bahwa konflik-konflik itu bersumber kepada dorongan-dorongan seks dan agresif.
2)             Kecemasan
Kecemasan (anxiety) adalah perasaan yang kita rasakan pada saat cemas. Cemas tidak sama dengan takut. Dalam konsep Freud kecemasan adalah variabel penting dari hampir semua teori kepribadian. Kecemasan sebagai dampak dari konflik yang menjadi bagian kehidupan yang tak terhindarkan, dipandang sebagai komponen dinamika kepribadian yang utama. Kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Biasanya reaksi individu terhadap ancaman ketidaksenangan dan pengrusakan yang belum dihadapinya ialah menjadi cemas atau takut. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang mengamankan ego karena memberi sinyal ada bahaya di depan mata.
Kecemasan akan timbul manakala orang tidak siap menghadapi ancaman. Hanya ego yang bisa memproduksi atau merasakan kecemasan. Akan tetapi, baik id, superego, maupun dunia luar terkait dalam salah satu dari tiga jenis kecemasan: realistis, neurotis dan moral. Ketergantungan ego pada id menyebabkan munculnya kecemasan neurosis, sedangkan ketergantungan ego pada superego memunculkan kecemasan moral, dan ketergantungannya pada dunia luar mengakibatkan kecemasan realistis.
Ada tiga macam kecemasan, satu untuk masing-masing dari ketiga ego “taskmaster” (pemberian tugas) :
1.              Kecemasan Realistis (Realistic Anxiety)
Adalah takut kepada bahaya yang nyata ada di dunia luar. Kecemasan ini menjadi asal muasal timbulnya kecemasan neurotis dan kecemasan moral.
2.             Kecemasan Neurotis (Neurotic Anxiety)
Adalah ketakutan terhadap hukuman yang bakal diterima dari orang tua atau figur penguasa lainnya kalau seseorang memuaskan insting dengan caranya sendiri, yang diyakininya bakal menuai hukuman. Hukuman belum tentu diterimanya, karena orang tua belum tentu mengetahui pelanggaran yang dilakukannya, dan misalnya orang tua mengetahui juga belum tentu menjatuhkan hukuman. Jadi, hukuman dan figur pemberi hukuman dalam kecemasan neurotis bersifat khayalan.
3.             Kecemasan Moral (Moral Anxiety)
Adalah kecemasan kata hati, kecemasan ini timbul ketika orang melanggar standar nilai orang tua. Kecemasan moral dan kecemasan neurotis tampak mirip, tetapi memiliki perbedaan prinsip yakni : tingkat kontrol ego pada kecemasan moral orang tetap rasional dalam memikirkan masalahnya sedang pada kecemasan neurotis orang dalam keadaan distres – terkadang panik sehingga mereka tidak dapat berfikir jelas.
3)             Mekanisme Pertahanan Ego
Freud mengartikan mekanisme pertahanan ego (ego defense mechanism) sebagai strategi yang digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-dorongan id maupun untuk menghadapi tekanan superego atas ego, dengan tujuan agar kecemasan bisa dikurangi atau diredakan.
Menurut Freud mekanisme pertahanan ego itu adalah mekanisme yang rumit dan banyak macamnya, adapun mekanisme yang banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari ada tujuh macam, yaitu :
1.      Identifikasi (Identification)
Cara mereduksi tegangan dengan meniru (mengimitasi) atau mengidentifikasikan diri dengan orang yang dianggap lebih berhasil memuaskan hasratnya dibanding dirinya. Diri orang lain diidentifikasi tetapi cukup hal-hal yang dianggap dapat membantu mencapai tujuan diri. Terkadang sukar menentukan sifat mana yang membuat tokoh itu sukses sehingga orang harus mencoba mengidentifikasi beberapa sifat sebelum menemukan mana yang ternyata membantu meredakan tegangan. Apabila yang ditiru sesuatu yang positif disebut Introyeksi.
Mekanisme pertahanan identifikasi umumnya dipakai untuk tiga macam tujuan, yaitu :
a.       Merupakan cara orang dapat memperoleh kembali sesuatu (obyek) yang telah hilang.
b.      Untuk mengatasi rasa takut.
c.       Melalui identifikasi orang memperoleh informasi baru dengan mencocokkan khayalan mental dengan kenyataan.
2.      Pemindahan/Reaksi Kompromi (Displacement/Reactions Compromise)
Manakala obyek kateksis asli yang dipilih oleh insting tidak dapt dicapai karena ada rintangan dari luar (sosial, alami) atau dari dalam (antikateksis) insting itu direpres kembali ke ketidaksadaran atau ego menawarkan kateksis baru, yang berarti pemindahan energi dari objek satu ke objek yang lain, sampai ditemukan obyek yang dapat mereduksi tegangan.
Proses mengganti obyek kateksis untuk meredakan ketegangan, adalah kompromi antara tuntutan insting id dengan realitas ego, sehingga disebut juga reaksi kompromi. Ada tiga macam reaksi kompromi, yaitu :
a.       Sublimasi adalah kompromi yang menghasilkan prestasi budaya yang lebih tinggi, diterima masyarakat sebagai kultural kreatif.
b.       Subtitusi adalah pemindahan atau kompromi dimana kepuasan yang diperoleh masih mirip dengan kepuasan aslinya.
c.       Kompensasi adalah kompromi dengan mengganti insting yang harus dipuaskan. Gagal memuaskan insting yang satu diganti dengan memberi kepuasan insting yang lain.
3.      Represi (Repression)
Represi adalah proses ego memakai kekuatan anticathexes untuk menekan segala sesuatu (ide, insting, ingatan, fikiran) yang dapat menimbulkan kecemasan keluar dari kesadaran.
4.      Fiksasi dan Regresi (Fixation and Regression)
Fiksasi adalah terhentinya perkembangan normal pada tahap perkembangan tertentu karena perkembangan lanjutannya sangat sukar sehingga menimbulkan frustasi dan kecemasan yang terlalu kuat. Orang memilih untuk berhenti (fiksasi) pada tahap perkembangan tertentu dan menolak untuk bergerak maju, karena merasa puas dan aman ditahap itu.
Frustasi, kecemasan dan pengalaman traumatik yang sangat kuat pada tahap perkembangan tertentu, dapat berakibat orang regresi : mundur ke tahap perkembangan yang terdahulu, dimana dia merasa puas disana.
Perkembangan kepribadian yang normal berarti terus bergerak maju atau progresif. Munculnya dorongan yang menimbulkan kecemasan akan direspon dengan regresi. Orang yang puas berada ditahap perkembangan tertentu, tidak mau progres disebut fiksasi. Progresi yang gagal membuat orang menarik diri atau regresi
5.      Proyeksi (Projection)
Proyeksi adalah mekanisme mengubah kecemasan neurotis atau moral menjadi kecemasan realistis, dengan cara melemparkan impuls-impuls internal yang mengancam dipindahkan ke obyek di luar, sehingga seolah-olah ancaman itu terproyeksi dari obyek eksternal kepada diri orang itu sendiri.
6.      Introyeksi (Introjection)
Introyeksi adalah mekanisme pertahanan dimana seseorang meleburkan sifat-sifat positif orang lain ke dalam egonya sendiri. Misalnya, seorang anak yang meniru gaya tingkahlaku bintang film menjadi introyeksi, kalau peniruan itu dapat meningkatkan harga diri dan menekan perasaan rendah diri, sehingga anak itu merasa lebih bangga dengan dirinya sendiri. Pada usia berapapun, manusia bisa mengurangi kecemasan yang terkait dengan perasaan kekurangan dengan cara mengadopsi atau melakukan introyeksi atas nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan perilaku orang lain.
7.      Pembentukan Reaksi (Reaction Formation)
Tindakan defensif dengan cara mengganti impuls atau perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan impuls atau perasaan lawan/kebalikannya dalam kesadaran, misalnya benci diganti cinta, rasa bermusuhan diganti dengan ekspresi persahabatan. Timbul masalah bagaimana membedakan ungkapan asli suatu impuls dengan ungkapan pengganti reaksi formasi : bagaimana cinta sejati dibedakan dengan cinta-reaksi formasi. Biasanya reaksi formasi ditandai oleh sifat serba berlebihan, ekstrim, dan kompulsif
4.             Perkembangan Kepribadian
Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi tiga tahapan, yakni tahap infantil (0-5 tahun), tahap laten (5-12 tahun), dan tahap genital (>12 tahun). Tahap infantil yang paling menentukan dalam membentuk kepribadian, terbagi menjadi tiga fase, yakni fase oral, fase anal, dan fase falis. Perkembangan kepribadian ditentukan terutama oleh perkembangan biologis, sehingga tahap ini disebut juga tahap seksual infantil. Perkembangan insting seks berarti perubahan kateksis seks, dan perkembangan biologis menyiapkan bagian tubuh untuk dipilih menjadi pusat kepuasan seksual (erogenus zone)
1.      Fase Oral (Usia 0 – 1 tahun)
Oral berasal dari kata aris, artinya mulut. Tahap oral terjadi pada awal kehidupan manusia, yaitu 0-1 tahun. Pada tahapan ini, mulut menjadi sumber kenikmatan erotis, karena libido didistribusikan ke daerah sekitar mulut. Perbuatan mengisap dan menelan menjadi metode utama untuk mencapai kepuasan. Pada tahap ini, anak akan menikmati puting ibunya dan memasukan benda ke dalam mulutnya, seperti mengisap jempol ataupun dot.
Bulan pertama . Freud mengatakan “jika bayi bisa  berbicara, tanpa diragukan lagi dia akan mengakui bahwa tindakan menghisap puting adalah hal terpenting dalam hidupnya”. Menyusu sangat vital karena air susu menyediakan makanan bagi bayi-dia harus terus meghisap puting ibu untuk bertahan hidup. Namun Freud melihat juga kalau tindakan menghisap menyediakan perasaan menyenangkan bagi bayi.
Bagian kedua tahap oral. Kira-kira sejak usia 6 bulan, bayi mulai mengembangkan konsepsi tentang orang lain, khususnya ibu, sebagai pribadi yang berbeda dan terpisah darinya namun dibutuhkan. Mereka jadi cemas jika ibu meninggalkannya atau ketika mereka bertemu orang asing tempat ibunya.
2.      Fase Anal (Usia 1 – 2/3 tahun)
Fase ini dimulai dari tahun kedua sampai tahun ketiga dari kehidupan. Pada fase ini, fokus dari energi libidal dialihkan dari mulut ke daerah dubur serta kesenangan atau kepuasan diperoleh dari kaitannya dengan tindakan mempermainkan atau menahan faeces (kotoran) pada fase ini pulalah anak mulai diperkenalkan kepada aturan-aturan kebersihan oleh orang tuanya melalui toilet training, yakni latihan mengenai bagaimana dan dimana seharusnya seorang anak membuang kotorannya.
3.      Fase phallik (Usia 4– 5 tahun)
Fase falis (phallic) ini berlangsung pada tahun keempat atau kelima, yakni suatu fase ketika energi libido sasarannya dialihkan dari daerah dubur ke daerah alat kelamin. Pada fase ini anak mulai tertarik kepada alat kelaminnya sendiri, dan mempermainkannya dengan maksud memperoleh kepuasan. Pada fase ini masturbasi menimbulkan kenikmatan yang besar. Pada saat yang sama terjadi peningkatan gairah seksual anak kepada orang tuanya yang mengawali berbagai pergantian kateksis obyek yang penting. Perkembangan terpenting pada masa ini adalah timbulnya Oedipus complex, yang diikuti fenomena castration anxiety (pada laki-laki) dan penis envy (pada perempuan). Oedipus complex adalah kateksis obyek seksual kepada orang tua yang berlawanan jenis serta permusuhan terhadap orang tua sejenis. Anak laki-laki ingin memiliki ibunya (ingin memiliki perhatian lebih dari ibunya) dan menyingkirkan ayahnya, sebaliknya anak perempuan ingin memiliki ayahnya dan menyingkirkan ibunya.
4.      Fase Latensi (Usia 6 – 12 tahun)
Fase ini pada usia 5 atau 6 tahun sampai remaja, anak mengalami periode peredaan impuls seksual. Menurut Freud, penurunan minat seksual itu akibat dari tidak adanya daerah erogen baru yang dimunculkan oleh perkembangan biologis. Jadi, fase laten lebih sebagai fenomena biologis, alih-alih bagian dari perkembangan psikoseksual. Pada fase ini anak mengembangkan kemampuan sublimasi, yakni mengganti kepuasan libido dengan kepuasan non seksual, khususnya bidang intelektual, atletik, keterampilan, dan hubungan teman sebaya. Dan pada fase ini anak menjadi lebih mudah mempelajari sesuatu dan lebih mudah dididik dibandingkan dengan masa sebelum dan sesudahnya (masa pubertas).
5.      Fase Genital (12-seterusnya)
Fase ini dimulai dengan perubahan biokimia dan fisiologi dalam diri remaja. Sistem endokrin memproduksi hormon-hormon yang memicu pertumbuhan tanda-tanda seksual sekunder (suara, rambut, buah dada, dll), dan pertumbuhan tanda seksual primer. Pada fase ini kateksis genital mempunyai sifat narkistik : individu mempunyai kepuasan dari perangsangan dan manipulasi tubuhnya sendiri, dan orang lain diingkan hanya karena memberikan bentuk-bentuk tambahan dari kenikmatan jasmaniah. Pada fase ini, impuls seks itu mulai disalurkan ke obyek diluar, seperti : berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, menyiapkan karir, cinta lain jenis, perkawinan dan keluarga. 
C.           KESIMPULAN
1.      Dalam teori psikoanalisis, kepribadian dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga unsur atau sistem yakni id, ego dan superego ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk suatu totalitas.
2.      Struktur kepribadian
a.       Id, adalah sistem kepribadian yang paling dasar, yang didalamnya terdapat naluri-naluri bawaan.
b.      Ego, adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek tentang kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan.
c.       Superego,  adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk).
3.      Dinamika Kepribadian
a.       Instink
b.      Pendistribusian dan penggunaan energi psikis
4.      Freud menyatakan bahwa pada manusia terdapat lima fase atau tahapan perkembangan yang kesemuanya menentukan bagi pembentukan kepribadian. Lima fase tersebut adalah :
a.       Fase Oral
b.      Fase Anal
c.       Fase Falis
d.      Fase Laten
e.       Fase Genital
D.           REFERENSI
Ruwandi, Uus, Badrudin. 2010. Pengembangan Kepribadian Guru. Bandung: Cv. Insan Mandiri. 
Yusuf LN, Syamsu, Nurihsan, Juntika. 2008. Teori Kepribadian.  Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar