TEORI KEPRIBADIAN PSIKOANALISIS: SIGMUND FREUD
Disusun
Oleh
Saipul
Anwar Teti
Fitriani Vina Inayah
A.
PENDAHULUAN
Di era globalisasi ini banyak sekali warga Negara Indonesia yang mempunyai
kepribadian baik. Kepribadian sangat mencerminkan perilaku seseorang, maka
dengan adanya mata kuliah ini kita diajarkan menjadi seorang pribadi yang
mempunyai kepribadian yang sangat baik. Setiap orang sama seperti kebanyakan
atau bahkan semua orang lain, kita bisa tahu apa yang diperbuat seseorang dalam
situasi tertentu berdasarkan pengalaman diri kita sendiri. Kenyataannya, dalam
banyak segi, setiap orang adalah unik, khas. Akibatnya yang lebih sering
terjadi adalah kita mengalami salah paham dengan teman di kampus, sejawat di
kantor tetangga atau bahkan dengan suami atau istri dan anak-anak dirumah. Kita
terkejut oleh tindakan di luar batas yang dilakukan oleh seseorang yang biasa dikenal
alim dan saleh, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, kita membutuhkan
sejenis kerangka acuan untuk memahami dan menjelaskan tingkah laku diri sendiri
dan orang lain. kita harus memahami defenisi dari kepribadian itu, bagaimana
kepribadan itu terbentuk. Selain itu kita membutuhkan teori-teori tentang
tingkah laku, teori tentang kepribadian agar terbentuk suatu kepribadian yang
baik. Sehingga gangguan-gangguan yang biasa muncul pada kepribadian setiap
individu dapat dihindari. Psikologi kepribadian adalah salah satu cabang dari
ilmu psikologi. Psikologi kepribadian merupakan salah satu ilmu dasar yang
penting guna memahami ilmu psikologi. Manusia sebagai objek material dalam
pembelajaran ilmu psikologi tentu memiliki kepribadian dan watak yang berbeda
satu dengan yang lainnya bahkan tidak semua orang dapat memahami kepribadian
dirinya sendiri. Banyak para ahli yang membuat suatu teori kepribadian. Namun
dalam makalah ini akan dipaparkan mengenai teori kepribadian menurut Freud.
B.
PEMBAHASAN
1.
Tokoh dan teori
Dasar Psikoanalisis
Teori
ini dikembangkan oleh sigmund freud. Dia dilahirkan pada tanggal 6 Mei 1586 di
kota Morivia dan meninggal dunia pada tanggal 23 September 1939 di London. Dia
lahir dari kalangan kelas menengah yahudi. Ayahnya, Jacob Freud bekerja sebagai
pedagang wol yang kurang sukses.
Freud
adalah anak sulung dari istri kedua ayahnya. Pada saat Freud dilahirkan,
ayahnya berumur 40 tahun, sementara ibunya berumur 20 tahun. Perlakuan ayahnya
sangat kasar dan otoriter. Freud mengakui pada saat kecilnya, dia memusuhi dan
membenci ayahnya. Sedangkan ibunya bersifat lembut, menarik, melindungi, dan
mencintai. Freud merasa bergairah secara seksual terhadap ibunya. Kondisi ini
mengilhami teorinya tentang konsep Oedipus Complex, sebagai bagian terpadu dari
masa kecilnya. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa teori Freud lahir sebagai
refleksi dari pengalaman masa kecilnya.
Psikoanalisis
memerlukan interaksi verbal yang cukup lama dengan pasien untuk menggali
kehidupan pribadinya yang paling dalam. Pengalamannya menaangani para pasien
banyak memberikan inspirasi kepada Freud untuk menyusun teori kepribadiannya.
Pengembangan teorinya itu, didukung juga oleh
penelaahan terhadap konflik-konflik dan kecemasan-kecemasan yang
dialaminya sendiri. Nampaknya Freud dalam kehidupanya kurang bahagia, karena
banyak masalah yang dialaminya, sehingga untuk menghindarinya, dia menjadi
pecandu roko. Tidak kurang dari 20 batang sigaret dia hisap setiap harinya.
Terhadap masalah-masalah yag dialaminya ini, dia berusaha untuk menganalisisnya
selama setengah jam setiap harinya dalam jangka waktu lebih dari 40 tahun.
Teori
Freud memiliki beberapa kelemahan, terutama dalam hal-hal berikut.
1)
Pendapat Freud
yang menyatakan bahwa ketidaksadaran
(unconsciousness) amat berpengaruh terhadap perilaku manusia. Pendapat
ini menunjukkan bahwa manusia menjadi budak dari dirinya sendiri.
2)
Pendapat Freud
yang menyatakan bahwa pengalaman masa kecil sangat menentukan atau berpengaruh
terhadap kepribadian masa dewasa. Ini menunjukkan bahwa manusia tak berdaya
untuk mengubah nasibnya sendiri.
3)
Pendapat Freud
yang menyatakan bahwa kepribadian manusia terbentuk berdasarkan cara-cara yang
ditempuh untuk mengatasi dorongan-dorongan seksualnya. Ini menunjukkan bahwa
dorongan yang lain dari individu kurang diperhatikan.
Ada dua asumsi yang mendasari teori psikoanalisis Freud, yaitu:
1.
Determinisme
Psikis (psychic Determinism)
Asumsi ini mengatakan bahwa segala sesuatu yang dilakukan,
dipikirkan, atau dirasakan individu mempunyai arti dan maksud, serta semuanya
itu secara alami sudah ditentukan.
2.
Motivasi tak
sadar
Freud menyakini bahwa sebagian besar tingkah laku individu (seperti
perbuatan, berfikir dan merasa) ditentukan oleh motif tak sadar.
2.
Struktur
Kepribadian
Freud membagi
strukrut kepribadian kedalam tiga komponen, yaitu:
a.
Id (Das Es),
Aspek Biologis Kepribadian
Id
merupakan komponen kperibadian yang primitif, instinktif (yang berusaha untuk
memenuhi kepuasaan instink) dan rahim tempat ego dan super ego berkembang. Id
berorientasi pada prinsip kesenangan (plesure principle) atau prinsip reduksi
ketegangan. Id merupakan sumber energi dari instink kehidupan (eros) atau
dorongan-dorongan biologis. Dan isntink kematian/instink agresif (tanatos) yang
menggerakkan tingkah laku. Prinsip kesenangan merujuk pada pencapaian kepuasan
yang segera dari dorongan-dorongan biologis tersebut. Id merupakan proses
primer yang bersifat primitif, tidak logis, tidak rasional, dan orientasinya
bersifat fantasi (maya).
Dalam
mereduksi ketegangan atau menghilangkan kondisi yang tidak menyenangkan dan
untuk memperoleh kesenangan, id menempuh dua cara (proses), yaitu melalui
refleks dan proses primer (The Primarry Process). refleks merupakan
reaksi-reaksi mekanis/otomatis yang bersifat bawaan seperti bersin dan
berkedip. Melalui refleks ketegangan (perasaan tak nyaman) dapat direduksi
dengan segera. Proses primer merupakan rekasi-reaksi psikologis yang rumit.
Prose primer berusaha mengurangi ketegangan dengan cara membentuk hayalan
tentang objek atau aktivitas yang akan menghilangkan ketegangan tersebut.
Misalnya: pada saat lapar menghayalkan makanan;
Berbagai
halusinasi pada orang yang mengalami gangguan jiwa merupakan contoh dari proses
primer ini. Namun, yang jelas proses primer ini tidak dapat mengurangi
ketegangan. Rasa lapar tidak dapat terpenuhi (menjadi kenyang) hanya dengan
membayangkan makanan. Oleh karena itu, dengan proses primer tidak dapat
mereduksi ketegangan atau memenuhi keinginan dan dorongan, maka cara atau
proses baru perlu dikembangkan. Atas dasar inilah komponen kepribadian kedua
terbentuk, yaitu ego (Das Ich).
b.
Ego (Das Ich),
Aspek Psikologis Kepribadian
Ego
merupakan eksekutif atau manager dari kepribadian yang membuat keputusan
(decision maker) tentang instink-instink mana yang akan dipuaskan dan bagaimana
caranya; atau sistem kepribadian yang terorganisasi, rasional dan berorientasi
kepada prinsip realitas (reality principle). Peranan utama ego adalah sebagai
mediator (perantara) atau yang menjambatani anatara id (keingainan yang kuat
untuk mencapai kepuasan) dengan kondisi lingkungan atau dunia luar yang
diharapkan. Ego dibimbing oleh prinsip realitas (reality principle) yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukan suatu objek yang
cocok untuk pemuasan kebutuhan atau dorongan id.
Hal
yang harus diperhatikan dari ego ini adalah bahwa:
1)
Ego merupakan bagian
dari id yang kehadirannya bertugas untuk memuaskan kebutuhan id, bukan untuk
mengecewakannya
2)
Seluruh energi
(daya) ego berasal dari id, sehingga ego tidak terpisah dari id
3)
Peran utamanya
menegahi kebutuhan id dan kebutuhan lingkungan sekitar
4)
Ego bertujuan
untuk mempertahankan kehidupan individu dan pengembangbiakannya
c.
Super ego (das
Uber Ich), Aspek Sosiologis Kepribadian
Super
ego merupakan komponen moral kepribadian yang terkait dengan standar atau norma
masyarakat mengenai baik dan buruk, benar dan salah. Melalui pengalaman hidup,
terutama pada usia anak, individu telah menerima latihan atau informasi tentang
tingkah laku yang baik dan yang buruk, individu menginternalisasi berbagai
norma sosial atau prinsip-prinsip moral tertentu, kemudian menuntut individu
yang bersangkutan untuk hidup sesuai norma tersebut.
Super
ego berkembang pada usia sekitar usia sekitar 3 atau 5 tahun. Pada usia ini,
anak belajar untuk memperoleh hadiah (rewards) dan menghindari hukuman
(punishment) dengan cara mengarahkan tingkah lakunya yang sesuai dengan
ketentuan atau keinginan orang tuanya. Apabila tingkah lakunya ternyata salah,
tidak baik (bad) atau tidak sesuai dengan ketentuan orang tuanya, kemudian
mendapat hukuman, maka peristiwa itu membentuk kata hati (conscience) anak.
Sedangkan apabila perkataan atau tingkah lakunya baik (good), disetujui dan
mendapat ganjaran dari orang tuanya, maka peristiwa ini membentuk ego-ideal
anak.
Super
ego berfungsi untuk:
1)
Merintangi
dorongan-dorongan id, terutama dorongan seksual dan agresif, karena dalam
perwujudannya sangat dikutuk oleh masyarakat
2)
Mendorong ego
untuk menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan-tujuan moralistik
3)
Mengejar
kesempurnaan (perfection)
Freud
membandingkan struktur kepribadian atau lapisan kesadran itu dengan gunung es
yang menggambarkan bahwa kesadaran itu terdiri atas tiga tingkat, yaitu sebagai
berikut.
a.
Kesadaran (conscious)
merupakan bagian kehidupan mental attau lapisan jiwa individu. Kehidupan mental
ini memilki kesadaran penuh (fully aware). Melalui kesadarannya, individu
mengetahui tentang: siapa dia, sedang apa dia, sedang dimana dia, apa yang
terjadi sekitarnya, dan bagaimana dia memperoleh yang diinginkkannya. Freud
menyakini bahwa kesadaran individu merupakan bagian terkecil dari kehidupan
mentalnya.
b.
Ambang sadar
(preconscious) merupakan lapisan jiwa dibawah kesadaran, sebagai tempat
penmapungan dari ingatan-ingatan yang tidak dapat diungkap secara tepat, namun
dengan usaha tertentu sesuatu itu dapat diingat kembali.
c.
Ketidaksadaran
(unconscious) merupakan lapisan terbesar dari kehidupan mental individu. Area
ini merupakan gudang dari instink-instink atau pengalaman-pengalaman yang tidak
menyenangkan (emotional pain) yang diproses.
3.
Dinamika
Kepribadian
Dinamika
kepribadian terkait dengan proses pemuasan instink, pendistribusian energi
psikis dan dampak dari ketidakmampuan ego untuk mereduksi ketegangan pada saat
bertransaksi dengan dunia luar yaitu kecemasan (anxiety).
a.
Instink
Istink merupakan kumpulan hasrat
atau keinginan (wishes). Freud mengkalsifikasikan instink kedalam dua kelompok,
yaitu:
1)
Instink hidup
(life intink: eros). Instik hidup merupakan motif dasar manusia yang mendorongnya
untuk bertingkah laku secara positif atau konstruktif. Instink ini berfungsi
untuk melayani manusia agar tetap hidup dan mengembangkan rasnya.
2)
Instink hati
(death instink: thanatos). Instink merupakan motif dasar manusia yang
mendorongnya untuk bertingkah laku yang bersifat negatif atau destruktif. Freud
menyakini bahwa manusia yang dilahirkan membawa doronganuntuk mati (keadaan
yang tak bernyawa=innanimate state). Pendapat ini didasarkan kepada prinsip
konstansi ari Fechner yaitu bahwa semua proses kehidupan ini cenderung kembali
kepada dunia yang organis.
Instink mempunyai empat macam karakterisrik, yaitu;
a)
Sumber (source)
kondisi rancangan jasmaniah atau needs,
b)
Tujuan (aim):
menghilangkan rangsangan jasmaniah atau mereduksi ketegangan sehingga mencapai
kesenangan dan terhindar dari rasa sakit
c)
Objek (object):
meliputi benda atau keadaan yang berada di lingkungan yang dapat memuaskan
kebutuhan, termasuk kegiatan untuk memperoleh objek tersebut, seperti belanja
atau memasak makanan
d)
Pendorong/penggerak
(impetus): kekuatan yang bergantung kepada intensitas (besar kecilnya)
kebutuhan, seperti makin lapar orang, penggerak instink makin besar pula.
b.
Pendistribusian
dan Penggunaan Energi Psikis
Dinamika kepribadian merujuk kepada
cara kepribadian berubah atau berkembang melalui pendistrubusian dan penggunaan
energi psikis,baik oleg id, ego, maupun super ego.
Id menggunakan energi ini untuk
memperoleh kenikmatan (pleasure principle) melalui 1) gerakan reflleks, dan 2)
proses primer (menghayal atau berfantasi tentang objek-objek yang dapat
memuaskan instink.
1)
Konflik
Freud
berasumsi bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil rentetan konflik internal
yang terus menerus. Freud menyakini bahwa konflik-konflik itu bersumber kepada
dorongan-dorongan seks dan agresif.
2)
Kecemasan
Kecemasan (anxiety) adalah perasaan yang kita
rasakan pada saat cemas. Cemas tidak sama dengan takut. Dalam konsep Freud
kecemasan adalah variabel penting dari hampir semua teori kepribadian. Kecemasan
sebagai dampak dari konflik yang menjadi bagian kehidupan yang tak
terhindarkan, dipandang sebagai komponen dinamika kepribadian yang utama.
Kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan
datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai.
Biasanya reaksi individu terhadap ancaman ketidaksenangan dan pengrusakan yang
belum dihadapinya ialah menjadi cemas atau takut. Kecemasan berfungsi sebagai
mekanisme yang mengamankan ego karena memberi sinyal ada bahaya di depan mata.
Kecemasan akan timbul
manakala orang tidak siap menghadapi ancaman. Hanya ego yang bisa memproduksi
atau merasakan kecemasan. Akan tetapi, baik id, superego, maupun dunia luar
terkait dalam salah satu dari tiga jenis kecemasan: realistis, neurotis dan
moral. Ketergantungan ego pada id menyebabkan munculnya kecemasan neurosis,
sedangkan ketergantungan ego pada superego memunculkan kecemasan moral, dan
ketergantungannya pada dunia luar mengakibatkan kecemasan realistis.
Ada tiga macam kecemasan, satu untuk masing-masing dari ketiga ego “taskmaster” (pemberian tugas) :
1.
Kecemasan Realistis (Realistic Anxiety)
Adalah takut kepada bahaya yang nyata ada di dunia luar. Kecemasan ini
menjadi asal muasal timbulnya kecemasan neurotis dan kecemasan moral.
2.
Kecemasan Neurotis (Neurotic Anxiety)
Adalah ketakutan terhadap hukuman yang bakal diterima dari orang tua atau
figur penguasa lainnya kalau seseorang memuaskan insting dengan caranya
sendiri, yang diyakininya bakal menuai hukuman. Hukuman belum tentu
diterimanya, karena orang tua belum tentu mengetahui pelanggaran yang
dilakukannya, dan misalnya orang tua mengetahui juga belum tentu menjatuhkan
hukuman. Jadi, hukuman dan figur pemberi hukuman dalam kecemasan neurotis
bersifat khayalan.
3.
Kecemasan Moral (Moral Anxiety)
Adalah kecemasan kata hati, kecemasan ini timbul ketika orang melanggar
standar nilai orang tua. Kecemasan moral dan kecemasan neurotis tampak mirip,
tetapi memiliki perbedaan prinsip yakni : tingkat kontrol ego pada kecemasan
moral orang tetap rasional dalam memikirkan masalahnya sedang pada kecemasan
neurotis orang dalam keadaan distres – terkadang panik sehingga mereka tidak
dapat berfikir jelas.
3)
Mekanisme Pertahanan Ego
Freud mengartikan mekanisme pertahanan ego (ego defense mechanism) sebagai strategi yang digunakan individu
untuk mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-dorongan id maupun untuk
menghadapi tekanan superego atas ego, dengan tujuan agar kecemasan bisa
dikurangi atau diredakan.
Menurut Freud mekanisme pertahanan ego itu adalah mekanisme yang rumit dan
banyak macamnya, adapun mekanisme yang banyak dipakai dalam kehidupan
sehari-hari ada tujuh macam, yaitu :
1.
Identifikasi (Identification)
Cara mereduksi
tegangan dengan meniru (mengimitasi) atau mengidentifikasikan diri dengan orang
yang dianggap lebih berhasil memuaskan hasratnya dibanding dirinya. Diri orang
lain diidentifikasi tetapi cukup hal-hal yang dianggap dapat membantu mencapai
tujuan diri. Terkadang sukar menentukan sifat mana yang membuat tokoh itu
sukses sehingga orang harus mencoba mengidentifikasi beberapa sifat sebelum
menemukan mana yang ternyata membantu meredakan tegangan. Apabila yang ditiru
sesuatu yang positif disebut Introyeksi.
Mekanisme pertahanan identifikasi umumnya dipakai untuk tiga macam tujuan,
yaitu :
a.
Merupakan cara orang dapat memperoleh kembali sesuatu (obyek) yang telah
hilang.
b.
Untuk mengatasi rasa takut.
c.
Melalui identifikasi orang memperoleh informasi baru dengan mencocokkan
khayalan mental dengan kenyataan.
2.
Pemindahan/Reaksi Kompromi (Displacement/Reactions Compromise)
Manakala obyek kateksis asli yang dipilih oleh insting tidak dapt dicapai
karena ada rintangan dari luar (sosial, alami) atau dari dalam (antikateksis)
insting itu direpres kembali ke ketidaksadaran atau ego menawarkan kateksis
baru, yang berarti pemindahan energi dari objek satu ke objek yang lain, sampai
ditemukan obyek yang dapat mereduksi tegangan.
Proses mengganti obyek kateksis untuk meredakan ketegangan, adalah kompromi
antara tuntutan insting id dengan realitas ego, sehingga disebut juga reaksi
kompromi. Ada tiga macam reaksi kompromi, yaitu :
a.
Sublimasi adalah kompromi yang menghasilkan prestasi budaya yang lebih
tinggi, diterima masyarakat sebagai kultural kreatif.
b.
Subtitusi adalah pemindahan atau
kompromi dimana kepuasan yang diperoleh masih mirip dengan kepuasan aslinya.
c.
Kompensasi adalah kompromi dengan mengganti insting yang harus dipuaskan.
Gagal memuaskan insting yang satu diganti dengan memberi kepuasan insting yang
lain.
3.
Represi (Repression)
Represi adalah proses ego memakai kekuatan anticathexes untuk menekan segala sesuatu (ide, insting, ingatan,
fikiran) yang dapat menimbulkan kecemasan keluar dari kesadaran.
4.
Fiksasi dan Regresi (Fixation and Regression)
Fiksasi adalah terhentinya perkembangan normal pada tahap perkembangan
tertentu karena perkembangan lanjutannya sangat sukar sehingga menimbulkan
frustasi dan kecemasan yang terlalu kuat. Orang memilih untuk berhenti
(fiksasi) pada tahap perkembangan tertentu dan menolak untuk bergerak maju,
karena merasa puas dan aman ditahap itu.
Frustasi, kecemasan dan pengalaman traumatik yang sangat kuat pada tahap
perkembangan tertentu, dapat berakibat orang regresi : mundur ke tahap
perkembangan yang terdahulu, dimana dia merasa puas disana.
Perkembangan kepribadian yang normal berarti terus bergerak maju atau progresif.
Munculnya dorongan yang menimbulkan kecemasan akan direspon dengan regresi.
Orang yang puas berada ditahap perkembangan tertentu, tidak mau progres disebut
fiksasi. Progresi yang gagal membuat orang menarik diri atau regresi
5.
Proyeksi (Projection)
Proyeksi adalah
mekanisme mengubah kecemasan neurotis atau moral menjadi kecemasan realistis,
dengan cara melemparkan impuls-impuls internal yang mengancam dipindahkan ke
obyek di luar, sehingga seolah-olah ancaman itu terproyeksi dari obyek
eksternal kepada diri orang itu sendiri.
6.
Introyeksi (Introjection)
Introyeksi adalah
mekanisme pertahanan dimana seseorang meleburkan sifat-sifat positif orang lain
ke dalam egonya sendiri. Misalnya, seorang anak yang meniru gaya tingkahlaku
bintang film menjadi introyeksi, kalau peniruan itu dapat meningkatkan harga
diri dan menekan perasaan rendah diri, sehingga anak itu merasa lebih bangga
dengan dirinya sendiri. Pada usia berapapun, manusia bisa mengurangi kecemasan
yang terkait dengan perasaan kekurangan dengan cara mengadopsi atau melakukan
introyeksi atas nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan perilaku orang lain.
7.
Pembentukan Reaksi (Reaction Formation)
Tindakan defensif
dengan cara mengganti impuls atau perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan
impuls atau perasaan lawan/kebalikannya dalam kesadaran, misalnya benci diganti
cinta, rasa bermusuhan diganti dengan ekspresi persahabatan. Timbul masalah
bagaimana membedakan ungkapan asli suatu impuls dengan ungkapan pengganti
reaksi formasi : bagaimana cinta sejati dibedakan dengan cinta-reaksi formasi.
Biasanya reaksi formasi ditandai oleh sifat serba berlebihan, ekstrim, dan
kompulsif
4.
Perkembangan Kepribadian
Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi tiga tahapan, yakni tahap
infantil (0-5 tahun), tahap laten (5-12 tahun), dan tahap genital (>12
tahun). Tahap infantil yang paling menentukan dalam membentuk kepribadian,
terbagi menjadi tiga fase, yakni fase oral, fase anal, dan fase falis.
Perkembangan kepribadian ditentukan terutama oleh perkembangan biologis, sehingga
tahap ini disebut juga tahap seksual infantil. Perkembangan insting seks
berarti perubahan kateksis seks, dan perkembangan biologis menyiapkan bagian
tubuh untuk dipilih menjadi pusat kepuasan seksual (erogenus zone)
1. Fase Oral (Usia 0 – 1 tahun)
Oral berasal dari kata aris, artinya mulut. Tahap oral terjadi pada awal kehidupan
manusia, yaitu 0-1 tahun. Pada tahapan ini, mulut menjadi sumber kenikmatan
erotis, karena libido didistribusikan ke daerah sekitar mulut. Perbuatan
mengisap dan menelan menjadi metode utama untuk mencapai kepuasan. Pada tahap
ini, anak akan menikmati puting ibunya dan memasukan benda ke dalam mulutnya,
seperti mengisap jempol ataupun dot.
Bulan pertama . Freud mengatakan “jika bayi bisa
berbicara, tanpa diragukan lagi dia akan mengakui bahwa tindakan
menghisap puting adalah hal terpenting dalam hidupnya”. Menyusu sangat vital
karena air susu menyediakan makanan bagi bayi-dia harus terus meghisap puting
ibu untuk bertahan hidup. Namun Freud melihat juga kalau tindakan menghisap
menyediakan perasaan menyenangkan bagi bayi.
Bagian kedua tahap
oral. Kira-kira sejak usia 6 bulan, bayi mulai mengembangkan konsepsi tentang orang lain, khususnya
ibu, sebagai pribadi yang berbeda dan terpisah darinya namun dibutuhkan. Mereka
jadi cemas jika ibu meninggalkannya atau ketika mereka bertemu orang asing
tempat ibunya.
2. Fase Anal (Usia 1 – 2/3 tahun)
Fase ini dimulai dari
tahun kedua sampai tahun ketiga dari kehidupan. Pada fase ini, fokus dari
energi libidal dialihkan dari mulut ke daerah dubur serta kesenangan atau
kepuasan diperoleh dari kaitannya dengan tindakan mempermainkan atau menahan faeces (kotoran) pada fase ini pulalah
anak mulai diperkenalkan kepada aturan-aturan kebersihan oleh orang tuanya
melalui toilet training, yakni latihan
mengenai bagaimana dan dimana seharusnya seorang anak membuang kotorannya.
3. Fase phallik (Usia 4– 5 tahun)
Fase falis (phallic) ini
berlangsung pada tahun keempat atau kelima, yakni suatu fase ketika energi
libido sasarannya dialihkan dari daerah dubur ke daerah alat kelamin. Pada fase
ini anak mulai tertarik kepada alat kelaminnya sendiri, dan mempermainkannya
dengan maksud memperoleh kepuasan. Pada fase ini masturbasi menimbulkan
kenikmatan yang besar. Pada saat yang sama terjadi peningkatan gairah seksual
anak kepada orang tuanya yang mengawali berbagai pergantian kateksis obyek yang
penting. Perkembangan terpenting pada masa ini adalah timbulnya Oedipus complex, yang diikuti fenomena castration anxiety (pada laki-laki) dan penis envy (pada perempuan). Oedipus complex adalah kateksis obyek
seksual kepada orang tua yang berlawanan jenis serta permusuhan terhadap orang
tua sejenis. Anak laki-laki ingin memiliki ibunya (ingin memiliki perhatian
lebih dari ibunya) dan menyingkirkan ayahnya, sebaliknya anak perempuan ingin
memiliki ayahnya dan menyingkirkan ibunya.
4. Fase Latensi (Usia 6 – 12 tahun)
Fase ini pada usia 5
atau 6 tahun sampai remaja, anak mengalami periode peredaan impuls seksual.
Menurut Freud, penurunan minat seksual itu akibat dari tidak adanya daerah
erogen baru yang dimunculkan oleh perkembangan biologis. Jadi, fase laten lebih
sebagai fenomena biologis, alih-alih bagian dari perkembangan psikoseksual.
Pada fase ini anak mengembangkan kemampuan sublimasi, yakni mengganti kepuasan
libido dengan kepuasan non seksual, khususnya bidang intelektual, atletik,
keterampilan, dan hubungan teman sebaya. Dan pada fase ini anak menjadi lebih
mudah mempelajari sesuatu dan lebih mudah dididik dibandingkan dengan masa
sebelum dan sesudahnya (masa pubertas).
5. Fase Genital (12-seterusnya)
Fase ini dimulai dengan perubahan
biokimia dan fisiologi dalam diri remaja. Sistem endokrin memproduksi
hormon-hormon yang memicu pertumbuhan tanda-tanda seksual sekunder (suara,
rambut, buah dada, dll), dan pertumbuhan tanda seksual primer. Pada fase ini kateksis
genital mempunyai sifat narkistik : individu mempunyai kepuasan dari
perangsangan dan manipulasi tubuhnya sendiri, dan orang lain diingkan hanya
karena memberikan bentuk-bentuk tambahan dari kenikmatan jasmaniah. Pada fase
ini, impuls seks itu mulai disalurkan ke obyek diluar, seperti : berpartisipasi
dalam kegiatan kelompok, menyiapkan karir, cinta lain jenis, perkawinan dan
keluarga.
C.
KESIMPULAN
1.
Dalam teori
psikoanalisis, kepribadian dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari
tiga unsur atau sistem yakni id, ego dan superego ketiga sistem kepribadian ini
satu sama lain saling berkaitan serta membentuk suatu totalitas.
2.
Struktur kepribadian
a.
Id, adalah sistem
kepribadian yang paling dasar, yang didalamnya terdapat naluri-naluri bawaan.
b.
Ego, adalah sistem
kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek tentang
kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan.
c.
Superego, adalah
sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya
evaluatif (menyangkut baik-buruk).
3.
Dinamika Kepribadian
a. Instink
b. Pendistribusian dan penggunaan energi psikis
4. Freud menyatakan bahwa pada manusia terdapat lima fase atau tahapan
perkembangan yang kesemuanya menentukan bagi pembentukan kepribadian. Lima fase
tersebut adalah :
a. Fase Oral
b. Fase Anal
c. Fase Falis
d. Fase Laten
e. Fase Genital
D.
REFERENSI
Ruwandi, Uus,
Badrudin. 2010. Pengembangan Kepribadian Guru. Bandung: Cv. Insan
Mandiri.
Yusuf LN, Syamsu, Nurihsan, Juntika. 2008. Teori Kepribadian. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar