Senin, 09 Mei 2016

PENGEMBANGAN GURU : TEORI KEPRIBADIAN ABRAHAM MASLOW



TEORI KEPRIBADIAN ABRAHAM MASLOW
Disusun Oleh
Risma Samrotunnajah                                        
Rizki Subhan Abdul Rohman                          
Siti Nurhalimah                                                 

A.           Pendahuluan
Pada prinsipnya seorang guru adalah figure dan titik sentral dalam proses pembelajaran baik di dalam kelas ataupun di luar kelas, oleh karena itulah setiap guru harus mempunyai kepribadian yang baik sebagai suatu bekal dalam menghadapi siswanya, baik dalam hal kemampuan kognitif, avektif, dan psikomotorik.
Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun masyarakat, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut “digugu” (ditaati nasehat, ucapan, atau perintahnya) dan “ditiru” (dicontoh sikap dan perilakunya). Dalam Undang-undang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi kepribadian adalah “kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik”.
Term “kepribadian” disebut dengan personality dalam bahasa Inggris yang berasal dari bahasa Yunani kuno prosopon atau persona yang artinya ‘topeng’ yang biasa dipakai oleh aktor drama atau sandiwara. Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsure psikis dan fisik. Dalam makna demikian, seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang itu.
Hingga saat ini, para ahli tampaknya masih sangat beragam dalam memberikan rumusan tentang kepribadian, dengan demikian kelompok kami akan menerangkan mengenai Teori Kepribadian menurut Abraham Maslow.


B.            PEMBAHASAN
Menurut teori humanistik (Asri Budiningsih, 2004:68) proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Teori humanistik sangat mementingkan isi yang dipelajari daripada proses belajar itu sendir. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal.

1.             Teori Kepribadian Abraham Maslow
Abraham Harold maslow adalah seorang filsuf dari NewYork, ia seorang filsuf yang mencetus Psikologi Humanistik karena Maslow tidak puas dengan Psikologi behavioristik dan psikoanalisis sehingga ia mencari alternatif psikologi yang fokusnya adalah manusia dengan ciri-ciri eksistensinya.
a.             Hirarki Kebutuhan
Konsep hierarki kebutuhan dasar ini bermula
Moslow berpendapat bahwa motifasi manusia diorganisasikan kedalam sebuah hirarki kebutuhan yaitu suatu susunan kebutuhan yang sistematis, suatu kebutuhan dasar harus dipenuhi sebelum kebutuhan dasar lainnya muncul. Kebutuhan dasar Maslow adalah sebagai berikut:
1.             Kebutuhan Fisiologis (physiological needs)
Yaitu kebutuhan dasar yang paling mendesak pemuasannya karena berkaitan langsung dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup. Kebutuhan paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan fisiologis yakni kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik. Kebutuhan-kebutuhan itu seperti kebutuhan akan makanan, minuman, tempat berteduh, seks, tidur dan oksigen. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah potensi paling dasar dan besar bagi semua pemenuhan kebutuhan di atasnya. Manusia yang lapar akan selalu termotivasi untuk makan, bukan untuk mencari teman atau dihargai. Manusia akan mengabaikan atau menekan dulu semua kebutuhan lain sampai kebutuhan fisiologisnya itu terpuaskan. Di masyarakat yang sudah mapan, kebutuhan untuk memuaskan rasa lapar adalah sebuah gaya hidup. Mereka biasanya sudah memiliki cukup makanan, tetapi ketika mereka berkata lapar maka yang sebenarnya mereka pikirkan adalah citarasa makanan yang hendak dipilih, bukan rasa lapar yang dirasakannya. Seseorang yang sungguh-sungguh lapar tidak akan terlalu peduli dengan rasa, bau, temperatur ataupun tekstur makanan.
Kebutuhan fisiologis berbeda dari kebutuhan-kebutuhan lain dalam dua hal.  Pertama, kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang bisa terpuaskan sepenuhnya atau minimal bisa diatasi. Manusia dapat merasakan cukup dalam aktivitas makan sehingga pada titik ini, daya penggerak untuk makan akan hilang. Bagi seseorang yang baru saja menyelesaikan sebuah santapan besar, dan kemudian membayangkan sebuah makanan lagi sudah cukup untuk membuatnya mual. Kedua, yang khas dalam kebutuhan fisiologis adalah hakikat pengulangannya. Setelah manusia makan, mereka akhirnya akan menjadi lapar lagi dan akan terus menerus mencari makanan dan air lagi. Sementara kebutuhan di tingkatan yang lebih tinggi tidak terus menerus muncul. Sebagai contoh, seseorang yang minimal terpenuhi sebagian kebutuhan mereka untuk dicintai dan dihargai akan tetap merasa yakin bahwa mereka dapat mempertahankan pemenuhan terhadap kebutuhan tersebut tanpa harus mencari-carinya lagi
2.             Kebutuhan Keamanan (safety and security needs)
Apabila kebutuhan fisiologis individu telah terpuaskan maka dalam diri individu akan muncul kebutuhan lain yakni kebutuhan rasa aman. Yang dimaksud Maslow dengan kebutuhan rasa aman adalah sesuatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungannya.
3.             Kebutuhan Cinta, sayang dan kepemilikan (belongingness and love needs)
Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki ini adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan afektif atau ikatan emosional dengan individu lain, baik dengan sesame jenis maupun dengan yang berlainan jenis, dilingkungan keluarga ataupun dilingkungan kelompok di masyarakat.
4.             Kebutuhan Penghargaan (esteem needs)
Pemenuhan kebutuhan penghargaan menjurus pada kepercayaan terhadap diri sendiri dan perasaan diri berharga. Kebutuhan akan seringkali diliputi frustasi dan konflik pribadi karena yang diinginkan orang bukan saja perhatian dan pengakuan dari kelompoknya, melainkan juga kehormatan dan status yang membutuhkan standar sosial, moral dan agama. Seseorang yang memiliki cukup harga diri akan lebih percaya diri serta lebih mampu dan selanjutnya lebih produktif.
5.             Kebutuhan Aktualisasi Diri (self actualization)
Kebutuhan akan aktualisasi diri atau mengungkapkan diri merupakan kebutuhan manusia yang paling tinggi dalam teori Maslow. Kebutuhan ini akan muncul apabila kebutuhan-kebutuhan dibawahnya sudah terpuaskan dengan baik. Maslow menandai kebutuhan akan aktualisasi diri sebagai hasrat individu untuk menjadi seseorang yang sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya.
Teori hierarki kebutuhan sering digambarkan sebagai piramida, lebih besar tingkat bawah mewakili kebutuhan yang lebih rendah, dan titik atas mewakili kebutuhan aktualisasi diri. Maslow percaya bahwa satu-satunya alasan bahwa orang tidak akan bergerak dengan baik diarah aktualisasi diri adalah karena kendala ditempatkan dijalan mereka oleh masyarakat negara.

Teori Kebutuhan Maslow
b.             Kepribadian Sehat menurut Maslow
Maslow berpendapat bahwa seseorang akan memiliki kepribadian yang sehat, apabila dia telah mampu untuk mengaktualisasikan dirinya secara penuh (self-actualizing person). Dia mengemukakan teori motivasi bagi self-actualizing person dengan nama metamotivation atau metaneeds. Maslow selanjutnya mengatakan bahwa kegagalan dalam memuaskannya akan berdampak kurang baik bagi individu, sebab dapat menggagalkan pemuasan kebutuhan yang lainnya, dan juga melahirkan metapalogi yang dapat merintangi perkembangannya.
Berikut ini dikemukakan mengenai ciri-ciri dari metaneeds dan metapatologi.

Metaneeds
Metapatologis
1.        Sikap percaya
Tidak percaya, sinis, dan skeptic
2.        Bijak dan baik
Benci dan memuakkan
3.        Indah (estetis)
Vulgar dan mati rasa
4.        Kesatuan (menyeluruh)
Disintegrasi
5.        Enerjik dan optimis
Kehilangan semangat hidup, pasif, dan pesimis
6.        Pasti
Kacau dan tidak dapat diprediksi
7.        Lengkap
Tidak lengkap dan tidak tuntas
8.        Adil dan altruis
Suka marah-marah, tidak adil dan egois
9.        Berani
Rasa tidak aman dan memerlukan bantuan
10.    Sederhana (simpel)
Sangat komplek dan membingungkan
11.    Bertanggung Jawab
Tidak bertanggung jawab
12.    Penuh makna
Tidak tahu makna kehidupan, kehilangan harapan dan putus asa.

c.              Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam Kegiatan Pembelajaran
Teori humanistik sering dikritik karena sukar diterapkan dalam konteks yang lebih praktis. Teori ini dianggap lebih dekat dengan bidang filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi dari pada bidang pendidikan.
Semua komponen pendidikan termasuk tujuan pendidikan diarahkan pada terbentuknya manusia yang ideal, manusia yang dicita-citakan yaitu manusia yang mampu mencapai aktualisasi diri. Teori humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar pada dimensi yang luas.
Dalam prakteknya teori humanistik ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar.
Dalam kaitannya dengan peran lingkungan, khususnya sekolah dalam mengembangkan self-actualization, Maslow mengemukakan beberapa upaya yang seyogyanya dilakukan oleh sekolah (dalam hal ini guru-guru) yitu sebagai berikut:
1)             Membantu siswa menemukan identitasnya (jati dirinya) sendiri.
2)             Membantu siswa untuk mengeksplorasi pekerjaan.
3)             Membantu siswa untuk memahami keterbatasan (nasib) dirinya.
4)             Membantu siswa agar memahami bahwa hidup ini berharga.
5)             Membantu siswa untuk memperoleh pemahaman tentang nilai-nilai.
6)             Mendorong siswa agar mencapai pengalaman puncak dalam kehidupannya.
7)             Memfasilitasi siswa agar dapat memuaskan kebutuhan dasarnya (rasa aman, rasa berharga, dan rasa diakui).

2.             Kritik terhadap Teori Humanistik
Terdapat beberapa kritik tentang kelemahan pendekatan humanistik mengenai kepribadian yaitu sebagai berikut:
a.              Poor testability, teorinya sulit diuji (diukur) secara ilmiah, seperti konsep perkembangan manusia dan self-actualization.
b.             Unrealistic view of human nature, Humanitik terlalu optimis dalam mengasumsikan tentang hakikat manusia. Dalam mendeskripsikan kepribadian yang sehat kurang realistik. Seperti dalam mendeskripsikan ciri-ciri self-actualizing terlalu sempurna.
c.              Inadequate evidence, bukti-bukti yang tidak tepat.


C.           Kesimpulan
Menurut teori humanistik tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, siswa telah mampu mencapai aktualisasi diri secara optimal.
Aplikasi teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran cenderung mendorong siswa untuk berpikir induktif. Teori ini juga amat mementingkan faktor pengalaman dan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.

D.           Referensi
C. Ari Budiningsih. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rieneka Cipta.
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan. 2008. Teori Kepribadian. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Ujam Jaenudin. 2015. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: Pustaka Setia
Uus Ruswandi dan Badrudin. 2010. Pengembangan Kepribadian Guru. Bandung: CV. Insan Mandiri.
http://belajarpsikologi.com/teori-hierarki-kebutuhan-maslow/ (Online, 11 September 2015 pkl. 20.48 wib).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar