TEORI KEPRIBADIAN ABRAHAM MASLOW
Disusun Oleh
Risma Samrotunnajah
Rizki Subhan Abdul Rohman
Siti Nurhalimah
A.
Pendahuluan
Pada
prinsipnya seorang guru adalah figure dan titik sentral dalam proses pembelajaran
baik di dalam kelas ataupun di luar kelas, oleh karena itulah setiap guru harus
mempunyai kepribadian yang baik sebagai suatu bekal dalam menghadapi siswanya,
baik dalam hal kemampuan kognitif, avektif, dan psikomotorik.
Kepribadian
yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap
anak didik maupun masyarakat, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang
patut “digugu” (ditaati nasehat, ucapan, atau perintahnya) dan “ditiru”
(dicontoh sikap dan perilakunya). Dalam Undang-undang Guru dan Dosen
dikemukakan kompetensi kepribadian adalah “kemampuan kepribadian yang mantap,
berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik”.
Term
“kepribadian” disebut dengan personality dalam bahasa Inggris yang berasal
dari bahasa Yunani kuno prosopon atau persona yang artinya
‘topeng’ yang biasa dipakai oleh aktor drama atau sandiwara. Kepribadian adalah
keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsure psikis dan fisik. Dalam
makna demikian, seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran
dari kepribadian orang itu.
Hingga
saat ini, para ahli tampaknya masih sangat beragam dalam memberikan rumusan
tentang kepribadian, dengan demikian kelompok kami akan menerangkan mengenai
Teori Kepribadian menurut Abraham Maslow.
B.
PEMBAHASAN
Menurut
teori humanistik (Asri Budiningsih, 2004:68) proses belajar harus dimulai dan
ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Teori humanistik
sangat mementingkan isi yang dipelajari daripada proses belajar itu sendir.
Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk
membentuk manusia yang dicita-citakan, serta proses belajar dalam bentuknya
yang paling ideal.
1.
Teori
Kepribadian Abraham Maslow
Abraham
Harold maslow adalah seorang filsuf dari NewYork, ia seorang filsuf yang
mencetus Psikologi Humanistik karena Maslow tidak puas dengan Psikologi
behavioristik dan psikoanalisis sehingga ia mencari alternatif psikologi yang
fokusnya adalah manusia dengan ciri-ciri eksistensinya.
a.
Hirarki
Kebutuhan
Konsep hierarki kebutuhan dasar ini bermula
Moslow berpendapat bahwa motifasi manusia diorganisasikan kedalam sebuah
hirarki kebutuhan yaitu suatu susunan kebutuhan yang sistematis, suatu
kebutuhan dasar harus dipenuhi sebelum kebutuhan dasar lainnya muncul. Kebutuhan dasar Maslow adalah sebagai berikut:
1.
Kebutuhan
Fisiologis (physiological needs)
Yaitu kebutuhan
dasar yang paling mendesak pemuasannya karena berkaitan langsung dengan
pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup. Kebutuhan
paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan fisiologis yakni kebutuhan
untuk mempertahankan hidupnya secara fisik. Kebutuhan-kebutuhan itu seperti kebutuhan akan makanan, minuman,
tempat berteduh, seks, tidur dan oksigen. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah
potensi paling dasar dan besar bagi semua pemenuhan kebutuhan di atasnya.
Manusia yang lapar akan selalu termotivasi untuk makan, bukan untuk mencari
teman atau dihargai. Manusia akan mengabaikan atau menekan dulu semua kebutuhan
lain sampai kebutuhan fisiologisnya itu terpuaskan. Di masyarakat yang sudah
mapan, kebutuhan untuk memuaskan rasa lapar adalah sebuah gaya hidup. Mereka biasanya sudah memiliki cukup
makanan, tetapi ketika mereka berkata lapar maka yang sebenarnya mereka
pikirkan adalah citarasa makanan yang hendak dipilih, bukan rasa lapar yang
dirasakannya. Seseorang yang
sungguh-sungguh lapar tidak akan terlalu peduli dengan rasa, bau, temperatur
ataupun tekstur makanan.
Kebutuhan
fisiologis berbeda dari kebutuhan-kebutuhan lain dalam dua hal. Pertama, kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang bisa
terpuaskan sepenuhnya atau minimal bisa diatasi.
Manusia dapat merasakan cukup dalam aktivitas makan sehingga pada titik ini,
daya penggerak untuk makan akan hilang. Bagi
seseorang yang baru saja menyelesaikan sebuah santapan besar, dan kemudian
membayangkan sebuah makanan lagi sudah cukup untuk membuatnya mual. Kedua, yang khas dalam kebutuhan fisiologis adalah hakikat pengulangannya.
Setelah manusia makan, mereka akhirnya akan menjadi lapar lagi dan akan terus
menerus mencari makanan dan air lagi. Sementara kebutuhan di tingkatan yang
lebih tinggi tidak terus menerus muncul. Sebagai contoh, seseorang yang minimal
terpenuhi sebagian kebutuhan mereka untuk dicintai dan dihargai akan tetap
merasa yakin bahwa mereka dapat mempertahankan pemenuhan terhadap kebutuhan
tersebut tanpa harus mencari-carinya lagi
2.
Kebutuhan
Keamanan (safety and security needs)
Apabila
kebutuhan fisiologis individu telah terpuaskan maka dalam diri individu akan
muncul kebutuhan lain yakni kebutuhan rasa aman. Yang dimaksud Maslow dengan
kebutuhan rasa aman adalah sesuatu kebutuhan yang mendorong individu untuk
memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungannya.
3.
Kebutuhan
Cinta, sayang dan kepemilikan (belongingness and love needs)
Kebutuhan akan
cinta dan rasa memiliki ini adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu
untuk mengadakan hubungan afektif atau ikatan emosional dengan individu lain,
baik dengan sesame jenis maupun dengan yang berlainan jenis, dilingkungan
keluarga ataupun dilingkungan kelompok di masyarakat.
4.
Kebutuhan
Penghargaan (esteem needs)
Pemenuhan
kebutuhan penghargaan menjurus pada kepercayaan terhadap diri sendiri dan
perasaan diri berharga. Kebutuhan akan seringkali diliputi frustasi dan konflik
pribadi karena yang diinginkan orang bukan saja perhatian dan pengakuan dari
kelompoknya, melainkan juga kehormatan dan status yang membutuhkan standar
sosial, moral dan agama. Seseorang yang memiliki cukup harga diri akan lebih
percaya diri serta lebih mampu dan selanjutnya lebih produktif.
5.
Kebutuhan
Aktualisasi Diri (self actualization)
Kebutuhan akan
aktualisasi diri atau mengungkapkan diri merupakan kebutuhan manusia yang
paling tinggi dalam teori Maslow. Kebutuhan ini akan muncul apabila
kebutuhan-kebutuhan dibawahnya sudah terpuaskan dengan baik. Maslow menandai kebutuhan
akan aktualisasi diri sebagai hasrat individu untuk menjadi seseorang yang
sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya.
Teori
hierarki kebutuhan sering digambarkan sebagai piramida, lebih besar tingkat
bawah mewakili kebutuhan yang lebih rendah, dan titik atas mewakili kebutuhan
aktualisasi diri. Maslow percaya bahwa satu-satunya alasan bahwa orang tidak
akan bergerak dengan baik diarah aktualisasi diri adalah karena kendala
ditempatkan dijalan mereka oleh masyarakat negara.
Teori Kebutuhan Maslow
b.
Kepribadian
Sehat menurut Maslow
Maslow
berpendapat bahwa seseorang akan memiliki kepribadian yang sehat, apabila dia
telah mampu untuk mengaktualisasikan dirinya secara penuh (self-actualizing
person). Dia mengemukakan teori motivasi bagi self-actualizing person dengan
nama metamotivation atau metaneeds. Maslow selanjutnya mengatakan
bahwa kegagalan dalam memuaskannya akan berdampak kurang baik bagi individu,
sebab dapat menggagalkan pemuasan kebutuhan yang lainnya, dan juga melahirkan
metapalogi yang dapat merintangi perkembangannya.
Berikut
ini dikemukakan mengenai ciri-ciri dari metaneeds dan metapatologi.
Metaneeds
|
Metapatologis
|
1.
Sikap
percaya
|
Tidak percaya, sinis, dan skeptic
|
2.
Bijak
dan baik
|
Benci dan
memuakkan
|
3.
Indah
(estetis)
|
Vulgar dan
mati rasa
|
4.
Kesatuan
(menyeluruh)
|
Disintegrasi
|
5.
Enerjik
dan optimis
|
Kehilangan
semangat hidup, pasif, dan pesimis
|
6.
Pasti
|
Kacau dan
tidak dapat diprediksi
|
7.
Lengkap
|
Tidak lengkap
dan tidak tuntas
|
8.
Adil
dan altruis
|
Suka
marah-marah, tidak adil dan egois
|
9.
Berani
|
Rasa tidak
aman dan memerlukan bantuan
|
10.
Sederhana
(simpel)
|
Sangat
komplek dan membingungkan
|
11.
Bertanggung
Jawab
|
Tidak
bertanggung jawab
|
12.
Penuh
makna
|
Tidak tahu
makna kehidupan, kehilangan harapan dan putus asa.
|
c.
Aplikasi
Teori Belajar Humanistik dalam Kegiatan Pembelajaran
Teori
humanistik sering dikritik karena sukar diterapkan dalam konteks yang lebih
praktis. Teori ini dianggap lebih dekat dengan bidang filsafat, teori
kepribadian dan psikoterapi dari pada bidang pendidikan.
Semua
komponen pendidikan termasuk tujuan pendidikan diarahkan pada terbentuknya
manusia yang ideal, manusia yang dicita-citakan yaitu manusia yang mampu
mencapai aktualisasi diri. Teori humanistik akan sangat membantu para pendidik
dalam memahami arah belajar pada dimensi yang luas.
Dalam
prakteknya teori humanistik ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir
induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara
aktif dalam proses belajar.
Dalam
kaitannya dengan peran lingkungan, khususnya sekolah dalam mengembangkan self-actualization,
Maslow mengemukakan beberapa upaya yang seyogyanya dilakukan oleh sekolah
(dalam hal ini guru-guru) yitu sebagai berikut:
1)
Membantu
siswa menemukan identitasnya (jati dirinya) sendiri.
2)
Membantu
siswa untuk mengeksplorasi pekerjaan.
3)
Membantu
siswa untuk memahami keterbatasan (nasib) dirinya.
4)
Membantu
siswa agar memahami bahwa hidup ini berharga.
5)
Membantu
siswa untuk memperoleh pemahaman tentang nilai-nilai.
6)
Mendorong
siswa agar mencapai pengalaman puncak dalam kehidupannya.
7)
Memfasilitasi
siswa agar dapat memuaskan kebutuhan dasarnya (rasa aman, rasa berharga, dan
rasa diakui).
2.
Kritik terhadap Teori Humanistik
Terdapat beberapa kritik tentang kelemahan
pendekatan humanistik mengenai kepribadian yaitu sebagai berikut:
a.
Poor testability, teorinya sulit diuji (diukur) secara ilmiah, seperti konsep perkembangan
manusia dan self-actualization.
b.
Unrealistic view of human nature, Humanitik terlalu optimis dalam mengasumsikan tentang
hakikat manusia. Dalam mendeskripsikan kepribadian yang sehat kurang realistik.
Seperti dalam mendeskripsikan ciri-ciri self-actualizing terlalu
sempurna.
c.
Inadequate evidence, bukti-bukti yang tidak tepat.
C.
Kesimpulan
Menurut
teori humanistik tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses
belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungannya dan dirinya
sendiri. Dengan kata lain, siswa telah mampu mencapai aktualisasi diri secara
optimal.
Aplikasi
teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran cenderung mendorong siswa untuk
berpikir induktif. Teori ini juga amat mementingkan faktor pengalaman dan
keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.
D.
Referensi
C.
Ari Budiningsih. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rieneka
Cipta.
Syamsu
Yusuf dan Juntika Nurihsan. 2008. Teori Kepribadian. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Ujam
Jaenudin. 2015. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: Pustaka Setia
Uus
Ruswandi dan Badrudin. 2010. Pengembangan Kepribadian Guru. Bandung: CV.
Insan Mandiri.
http://belajarpsikologi.com/teori-hierarki-kebutuhan-maslow/
(Online, 11 September 2015 pkl. 20.48 wib).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar