Senin, 09 Mei 2016

GURU DAN KEPRIBADIAN

PENGERTIAN GURU DAN KEPRIBADIAN
Disusun Oleh Kelompok 1
1.      Silmi Nurul Fitriah (1132020154)
2.      Sofwan Fauzi Maksudi (1132020165)
3.      Zahrul Anam (1132020178)

A.    PENDAHULUAN
Ada beragam julukan yang diberikan kepada sosok guru. Salah satu yang paling terkenal adalah “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”. Julukan ini mengindikasikan betapa besarnya peran dan jasa yang dilakukan guru sehingga guru disebut sebagai pahlawan. Guru adalah sosok penting yang cukup menentukan dalam proses pembelajaran. Walaupun sekarang ini ada berbagai sumber belajar alternative yang lebih kaya, seperti buku, jurnal, majalah, internet, maupun sumber belajar lainnya, tetapi guru tetap menjadi kunci untuk optimalisasi sumber-sumber belajar yang ada. Guru tetap menjadi sumber belajar yang utama. Tanpa guru, proses pembelajaran tidak akan dapat berjalanan secara maksimal.
Dengan gambaran tugas dan peran semacam ini, guru atau pendidik merupakan sosok yang seharusnya mempunyai banyak ilmu, mau mengamalkan dengan sungguh-sungguh ilmunya tersebut dalam proses pembelajaran dalam makna yang luas, toleran dan senantiasa berusaha menjadikan siswanya memiliki kehidupan yang lebih baik. Secara prinsip, mereka yang disebut sebagai guru bukan hanya mereka yang memiliki kualifikasi keguruan secara formal yang diperoleh lewat jenjang pendidikan di perguruan tinggi saja, tetapi yang terpenting adalah mereka yang mempunyai kompetensi keilmuan tertentu dan dapat menjadikan orang lain pandai dalam matra kognitif, afektif dan psikomotorik. Matra kognitif menjadikan siswa cerdas dalam aspek intelektualnya, matra aafektif menjadikan siswa mempunyai sikap dan perilaku yang sopan, dan matra psikomotorik menjadikan siswa terampil dalam melaksanakan aktifitas secara evektif dan sevisien, serta tepat guna. Di sinilah letak pentingnya peranan seorang guru.

B.     PEMBAHASAN

1.      Pengertian Guru
Menurut UUD No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen:
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. (Pasal 1 Ayat 1).
Menurut Noor Jamaluddin (1978: 1) Guru adalah pendidik, yaitu orang yang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakn tugasnya sebgai makhluk Allah khalifah dimuka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri.
Dalam Pandangan Nawawi (Ahmad Izzan dkk, 2012: 33) guru merupakan orang yang bekerja dan tugasnya mengajar atau memberikan pelajaran disekolah atau dikelas. Secara lebih khusus, guru berarti orang yang bekerja dibidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggungjawab dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing. Secara sederhana, guru diartikan sebagai orang yang memberikan ilmu kepada anak didik. Dalam pandangan masyarakat, guru adalah orang yang melaksanakan pendidikan ditempat tertentu, dan tidak mesti dilembaga pendidikan formal, tapi juga bisa di mesjid, mushala, atau rumah.
Menurut pandangan lama, guru adalah sosok manusia yang patut “digugu” dan “ditiru”. Digugu dalam arti segala ucapannya dapat dipercayai. Ditiru dalam arti, segala tingkah lakunya harus dapat menjadi contoh atau teladan bagi masyarakat. Berdasarkan pandangan tersebut, siapapun orangnya, sepanjang ucapannya dapat dipercayai dan tingkah lakunya dapat menjadi panutan bagi warga masyarakat ia patut menyandang predikat sebagai guru.
Dalam buku Membangun Guru Berkarakter guru adalah orang yang tugasnya mengajar, mendidik dan melatih peserta didik dalam pendidikan formal. Namun, pembatasan pengertian guru disini bukan berarti terlepas sama sekali dari pengertian guru sebagai sosok yang patut digugu dan ditiru. Mengap? Sebab, seorang guru dalam melaksanakan tugasnya tidak terbatas pada menyampaikan materi pelajaran saja, tetapi juga mendidik dan melatih pesrta didik.
Dalam konteks Pendidikan Islam (Ramayulis, 2002: 56) pendidik disebut dengan “murabbi”, “muallim” dan “muaddib”. Kata atau istilah “murabbi”, misalnya sering dijumpai dalam kalimat yang orientasinya lebih mengarah pada pemeliharaan, baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Pemeliharaan  seperti ini terlihat dalam proses orang tua dalam membesarkan anaknya. Mereka tentunya berusaha memberikan pelayanan secara penuh agar anaknya tumbuh dengan fisik yang sehat dan berkepribadian serta akhlak yang terpuji.
Sedangkan istilah  muallim”, pada umunya dipakai dalam membicarakan aktivitas yang lebih terfokus pada pemberian atau pemindahan ilmu pengetahuan, dari seorang yang tahu kepada seorang yang tidak tahu. Adapun istilah “muaddib”, menurut Al-Attas, lebih luas dari istilah “muallim” dan lebih relevan dengan konsep pendidikan islam. (Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2002)
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Pasal 27 ayat 3 dikemukakan bahwa guru adalah tenaga pendidik yang khususnya diangkat dengan tugas uatama mengajar, disamping itu ia mempunyai tugas yang lain yang bersifat pendukung, yaitu membimbing dan mengelola administrasi sekolah, tiga layanan ini mewujudkan tiga layanan yang harus diberikan oleh guru kepada pelajaran dan tiga peranan yang harus dijalankannya, 3 (tiga) layanan yang dimaksud adalah:
1.    Layanan Intruksional
2.    Layanan Bantuan (Bimbingan dan Konseling)
3.    Layanan Administrasi
Hakikat guru atau pendidik dalam Islam pada prinsipnya tidak hanya mereka yang mempunyai kualifikasi keguruan secara formal yang diperoleh dari bangku sekolah perguruan tinggi. Melainkan yang terpenting adalah mereka yang mempunyai kompetensi keilmuan tertentu dan dapat menjadikan orang lain pandai dalam matra kognitif, afektif, dan psikomotorik. Matra kognitif menjadikan pesertadidik cerdas intelektualnya, matra afektif menjadikan siswa mempunyai perilaku yang sopan, dan matra psikomotorik menjadikan siswa terampil dalam melaksanakan aktivitas secara efektif dan efisien, secara tepat guna.
Pendidik merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan. Dipundaknya terletak tanggungjawab yang besar dalam upaya mengantarkan peserta didik kearah tujuan pendidikan yang telah diciptakan. Secara umum pendidik adalah mereka yang memiliki tanggungjawab mendidik. Mereka adalah manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya melaksanakan proses pendidikan.
Menurut Ahmad Tafsir (pendidik dalam islam adalah siapa saja yang bertanggung jawab atas peserta didik. Mereka harus dapat mengupayakan seluruh potensi peserta didik, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Potensi-potensi ini dikembangkan sedemikian rupa dikembangkan secara seimbang sampai mencapai tingkat yang optimal berdasarkan ajran islam.
2.      Pengertian Kepribadian Guru
Muhibbin Syah (2005 : 225), Mcleod (1989) mengartikan bahwa kepribadian (personality) sebagai sifat khas yang dimiliki seseorang. Dalam hal ini, kata yang sangat dekat artinya dengan kepribadian adalah karakter dan identitas. Sedangkan Syaiful Bahri Djamarah (2005 : 39-40), Zakiah Daradjat (1980) mengatakan bahwa kepribadian diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan.Kepribadian  menurut Theodore M. Newcomb diartikan  sebagai organisasi sikap-sikap (predispositions)  yang memiliki seseorang  sebagai latar belakang ter­hadap perilaku.
Kepribadian menunjuk pada organisasi sikap-sikap seseorang untuk berbuat, mengetahui, berpikir dan merasakan secara khu­susnya apabila dia ber­hu­bungan dengan orang lain atau menanggapi suatu keadaan. Karena kepribadian meru­pakan  abstrak si individu  dan kelakuannya sebagaimana halnya  dengan masyarakat  dan kebudayaan, maka ketika aspek tersebut mempunyai hubungan yang saling mem­pengaruhi  antara satu de­ngan yang lainnya. Kepri­badian merupakan  organisasi   fak­tor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku. Kepribadian men­cakup  kebiasaan-kebiasaan, sikap  dan lain-lain.  sifat yang khas dimiliki  seseorang yang berkembang apabila orang tadi berhubungan  dengan orang lain.
Dalam arti sederhana, kepribadian berarti sifat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan perbuatannya yang membedakan dirinya dari yang lain. Menurut tinjauan psikologi, kepribadian pada prinsipnya adalah susunan atau kesatuan antara aspek perilaku mental (pikiran, perasaan, dan sebagainya) dengan asper perilaku behavioral (perbuatan nyata). Aspek-aspek ini berkaitan secara fungsional dalam diri seorang individu, sehingga membuatnya bertingkah laku secara khas dan tetap (reber 1988). Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi yang mereka miliki. Kepribadian sebenarnya adalah suatu masalah yang abstrak, hanya dapat dilihat lewat penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan.
Jadi kepribadian guru adalah perilaku seorang guru yang berkaitan dengan kemampuan individu dalam mewujudkan dirinya sebagai pribadi yang mandiri untuk melaksanakan tranformasi diri, identias diri, dan pemahaman diri dan memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari.
3.      Ciri Kepribadian Guru
Karena kepribadian guru sangat berpengaruh terhadap siswa, maka guru perlu memiliki ciri sebagai orang yang berkepribadian matang dan sehat. Allport (1978) mengemukakan bahwa ciri-ciri orang yang mempunyai kepribadian matang adalah :
a.    Extension of the sense of self . Meningkatkan kesadaran diri dan melihat sisi lebih dan kurang dari diri ;
b.    Warm relatedness to other. Mampu menjalin relasi yang hangat dengan orang lain;
c.    Self acceptence. Memiliki kemampuan untuk mengontrol emosi dan menjauhi sikap berlebihan;
d.   Realistic perception of reality. Memiliki persepsi yang realistis terhadap kenyataan .
e.    Self objectification. Memiliki pemahaman akan diri sendiri.
f.     Unifying philosophy of life (filsafat hidup yang mempersatukan). Memiliki pedoman hidup untuk menyatukan nilai-nilai yang kuat dalam kehidupan.

4.       Kepribadian Seorang Guru
Ruang lingkup kompetensi guru tidak lepas dari falsafat hidup, nilai-nilai yang berkembang, di tempat seorang guru berada,tetapi beberapa hal yang bersifat universal yang mesti dimiliki oleh guru dalam menjalankan fungsinya sebagai makhluk individu atau pribadi yang menunjang terhadap keberhasilan tugas pendidikan yang diembannya.
Kemampuan pribadi guru menurut Sanusi (dalam Djam’an:2007) mencakup hal-hal berikut:
1.      Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnyasebagai guru, terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya.
2.      Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut oleh guru.

Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya. Kepribadian mencakup semua unsur, baik fisik maupun psikis. Sehingga dapat diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan cerminan dari kepribadian seseorang, selama hal tersebut dilakukan dengan penuh kesadaran. Setiap perkataan, tindakan, dan tingkah laku positif akan meningkatkan citra diri dan kepribadian seseorang. Begitu naik kepribadian seseorang maka akan naik pula wibawa orang tersebut.

Kepribadian yang perlu dimiliki guru antara lain sebagai berikut:
1.      Guru sebagai manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa berkewajiban untuk meningkatkan iman dan ketakwaanya kepada Tuhan, sejalan dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya. Dalam hal ini guru mesti beragama dan taat dalam menjalankan ibadahnya. Contoh: seorang guru laki-laki yang beragama islam pada hari jumat melaksanakan ibadah salat jumat di tempat ia tinggal atau di sekolah yang ada masjidnya bersama warga sekolah yang lainnya dan sebaliknya agar dihindari perilaku untuk menyuruh orang lain beribadah sementara dia malah bermain catur dengan orang yang tidak pernah beribadah.
2.      Guru memiliki kelebihan dibandingkan yang lain. Oleh karena itu perlu dikembangkan rasa percaya pada diri sendiri dan tanggung jawab bahwa ia memiliki potensi yangg besar dalam bidang keguruan dan mampu untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapinnya. Contoh: seorang guru yang telah mengikuti penataran tentang metode CBSA berani untuk menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar di kelas dan mengevaluasinya serta menyosialisasikan hasilnya kepada rekan guru-guru yang lain dan mengajak untuk mengembangkan metode yang telah dicobanya. Sebaliknya agar dihindari perilaku yang ragu-ragu untuk mencoba apa yang telah dimiliki dan takut merasa gagal dengan apa yang akan dicobanya.
3.      Guru senantiasa berhadapan dengan komunitas yang berbeda dan beragam keunikan dari peserta didik dan masyarakatnya maka guru perlu untuk mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleransi dalam menyikapi perbedaan yang ditemuinya dalam berinteraksi dengan peserta didik maupun masyarakat. Contoh: dalam situasi belajar mengajar di kelas guru mengembangkan metode diskusi dalam mata pelajaran tertentu dan memberikan kesempatan kepada murid untuk menyampaikan pendapatnya bahkan mau menerima pendapat yang berbeda dari murid dengan alasan yang rasional dan sebaliknya agar dihindari perilaku yang ingin menang sendiri dan menganggap dirinya paling benar serta tidak mau menerima masukan dari siapa pun termasuk murid.
4.      Guru diharapkan dapat menjadi fasilitator dalam menumbuhkembangkan budaya berpikir kritis di masyarakat, saling menerima dalam perbedaan pendapat dan menyikapinya untuk mencapai tujuan bersama maka dituntut seorang guru untuk bersikap demokratis dalam menyampaikan dan menerima gagasan-gagasan mengenai permasalahan yang ada disekitarnya sehingga guru menjadi terbuka dan tidak menutup diri dari hal-hal yang berbeda di luar dirinya. Contoh : seorang guru berperan sebagai moderator dalam acara diskusi mengenai pola pendidikan di masyarakat yang melibatkan unsur pemerintah dan masyarakata dan berani mengambil suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh semua pihak yang ikut dalam kegiatan tersebut dan menghindari perilaku yang menonjokan kemampuannya saja tanpa mau menerima masukan dari yang lain dan tidak siap untuk mendapatkan kritikan, bahkan tertutup dari siapapun.
5.      Menjadi guru yang baik tidak semudah membalikkan telapak tangan, hal ini menuntut kesabaran dalam mencapainya. Guru diharapkan dapat sabar dalam arti tekun dan ulet melaksanakan proses pendidikan karena hasil pendidikan tidak langsung dapat dirasakan saat itu tetapi membutuhkan proses yang panjang. Dalam kegiatan yang dilakukan guru tersebut ternyata tidak semua murid yang mengalami kesulitan. Untuk itu guru perlu melakukan remedial terhadap beberapa orang sampai tujuan yang telah ditetapkan tercapai.
6.      Guru mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan pembaharuan, baik dalam bidang profesinya maupun dalam spesialisasinya. Contoh: dalam menyikapi kemajuan ilmu teknologi informasi, seorang guru yang merasa kurang dalam memperoleh tambahan pengetahuan mau menyisihkan hasil pendapatan mengajarnyaa untuk mengikuti kursus komputer dan bahasa asing serta bergabung dengan lembaga-lembaga yang mengembangkan pengkajian tentang ilmu dan teknologi di tempat dia tinggal dan menghindari perilaku yang merasa malu-malu untuk bertanya dan menambah ilmu pengetahuan bahkan merasa telah cukup dengan apa yang telah dimilikinya.
7.      Guru mampu mengahayati tujuan-tujuan pendidikan baik secara nasional, kelembagaan, kurikuler sapai tujuan mata pelajaran yang dimilikinya.
8.      Hubungan manusiawi yaitu kemampuan guru untuk dapat berhubungan dengan orang lain atas dasar saling menghormati antara satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh seorang guru menjalin kemitraan dengan rekan guru lain tanpa memandang perbedaan suku, agama, asal perguruan tinggi, bidang studi yang dibinanya bahkan mencoba untuk membentuk suatu sinergi yang dapat memacu kemajuan pendidikan di sekolah dan menghindari perilaku yang hanya mau bermitra dengan rekan yang satu daerah atau satu almamater.
9.      Pemahaman diri, yaitu kemampuan untuk memahami berbagai aspek dirinya baik positif maupun negatif. Kepribadian yang efektif akan terwujud apabila seorang telah mampu memahami identitas dirinya, siapakah dirinya, mengapa ia memilih guru sebagai jabatannya dan kelebihan serta kekurangan apa saja yang terdapat pada dirinya. Sebagai contoh seorang guru merasa kurang mampu untuk dapat bekerja dan belajar sendiri dengan baik tetapi ia menyadari bahwa kalau berdiskusi dengan orang lain dirinya akan terpacu untuk belajar. Maka, dia berusaha untuk membentuk kelompok belajar dengan sesama rekan guru atau ikut bergabung dengan kelompok kerja guru bidang studi yang sesuai dengan bidang studi yang dibinanya.
10.  Guru mampu melakukan  perubahan-perubahan dalam mengembangkan profesinya sebagai inovator dan kreator. Sebagai contoh seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran di kelas tidak terpaku pada satu metode saja tetapi berani melakukannya dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran dan berinisiatif untuk membuat model pembelajaran serta mencobakannya di kelas.

5.      Pentingnya Kepribadian Guru
Kepribadiaan adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Dalam makna demikian, seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang itu, asal dilakukan secara sadar. Apabila seseorang melakukan perbuatan yang baik maka sering dikatakan bahwa seseorang itu mempunyai kepribadian yang baik atau berakhlak mulia. Sebaliknya, bila seseorang melakukan suatu sikap dan perbuatan yang tidak baik menurut pandangan mayarakat, maka dikatakan bahwa orang itu tidak mempunyai kepribadiaan yang  baik atau mempunyai akhlak yang tidak mulia. Oleh karena itu, masalah kepribadian adalah suatu hal yang sangat menentukan tinggi rendahnya kewibawaan seorang guru dalam pandangan anak didik atau masyarakat. Dengan kata lain baik tidaknya citra seseorang ditentukan oleh kepribadian. Mengenai pentingnya kepribadian guru Muhibbin Syah (2005 : 225-226)  telah mengutip bahwa seorang psikilog terkemuka, Profesor Doktor Zakiah Daradjat (1982) menegaskan: kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan Pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).
Kepribadian guru dapat dilihat dari tindakannya, ucapannya, caranya bergaul, berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan atau masalah, baik yang ringan maupun yang berat. Menurut Zakiah Daradjat (2005 : 10) Mungkin dalam hal ini, lebih baik kita memandang kepribadian tersebut dari segi terpadu (integrated) atau tidaknya. Seseorang  yang memiliki kepribadian terpadu, dapat menghadapi segala persoalan dengan wajar dan sehat, karena segala unsur dalam pribadinya bekerja seimbang dan serasi. Pikirannya mampu bekerja dengan tenang, setiap masalah dapat dipahaminya secara obyektif, sebagaimana adanya. Maka sebagai guru ia dapat memahami kelakuan anak didik sesuai dengan perkembangan jiwa yang sedang dilaluinya. Pertanyaan anak didik dapat dipahami secara obyektif, artinya tidak ada dikaitkannya dengan persangkaan atau emosi yang tidak menyenangkan. Tidak jarang guru yang merasa rendah diri, menanggapi pertanyaan anak didik sebagai kritikan atau ancaman terhadap harga dirinya, maka jawabannya bercampur emosi,  misalnya dengan marah atau ancaman. Perasaan dan emosi guru yang mempunyai kepribadian terpadu tampak stabil, optimis dan menyenangkan.Dia dapat memikat hati anak didiknya, karena setiap anak merasa diterima dan disayangi oleh guru, betapapun sikap dan tingkah lakunya.
Guru yang goncang atau tidak stabil emosinya, misalnya mudah cemas, penakut, pemarah, penyedih dan pemurung. Menyebabkan anak didik akan terombang-ambing dibawa oleh arus emosi guru yang goncang tersebut karena anak didik yang masih dalam pertumbuhan jiwa itu juga dalam keadaan tidak stabil, karena masih dalam pertumbuhan dan perubahan. Biasanya guru yang tidak stabil emosinya tersebut tidak menyenangkan bagi anak didik, karena mereka seringkali merasa tidak dimengerti oleh guru. Kegoncangan perasaan anak didik itu akan menyebabkan kurangnya kemampuannya untuk menerima dan memahami pelajaran, sebab konsentrasi pikirannya diganggu oleh perasaannya yang goncang karena melihat atau menghadap guru yang goncang tadi.
Guru yang pemarah atau keras, akan menyebabkan anak didik takut. Ketakutan itu dapat bertumbuh atau berkembang menjadi benci. Karena takut itu menimbulkan derita atau ketegangan dalam hati anak, jika ia sering menderita oleh seorang guru, maka guru tersebut akan dijauhinya agar dapat menghindari derita yang mungkin terjadi. Akan tetapi sebagai anak didik yang harus patuh dan tunduk kepada peraturan sekolah, ia terpaksa tetap berada dalam kelas, ketika guru tersebut ada, maka lambat laun guru itu akan menjadi guru yang dibenci oleh anak didiknya. Apabila anak didik benci kepada guru, maka ia tidak akan berhasil mendapatkan bimbingan dan pendidikan dari guru tetsebut, selanjutnya ia akan menjadi bodoh walaupun kecerdasannya tinggi. Demikian pula dengan berbagai emosi lainnya yang tidak stabil, akan membawa kepada kegoncangan emosi pula pada anak didik, bahkan mungkin akan membawa kepada kegoncangan kejiwaan.
Menurut Zakiah Daradjat (2005 : 12) Sikap guru terhadap agama juga merupakan salah satu penampilan kepribadian. Guru yang acuh tak acuh kepada agama akan menunjukkan sikap yang dapat menyebabkan anak didik terbawa pula kepada arus tersebut, bahkan kadang-kadang meyebabkan terganggunya jiwa anak didik.

6.       Fungsi Kepribadian Guru
Setiap subjek mempunyai pribadi yang unik, masing-masing mempunyai ciri dan sifat bawaan secara luar belakang kehidupan. Banyak masalah psikologis yang dihadapi peserta didik, banyak pula minat, kemampuan, motivasi dan kebutuhannya. Semuanya memerlukan bimbingan guru yang berkepribadian dapat bertindak sebagi pembimbing, penyuluh dan dapat menolong peserta didik agar mampu menolong dirinya sendiri. Di sinilah letak kompetensi kepribadian guru sebagai pembimbing dan suri tauladan. Guru adalah sebagai panutan yang harus digugu dan ditiru dan sebagai contoh pula bagi kehidupan dan pribadi peserta didiknya.
Dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam sistem Amongnya yaitu guru harus: Ing ngarso sungtuladha, Ing Madya Mangun karso, Tut Wuri Handayani. Artinya adalah bahwa guru harus menjadi contoh dan teladan, membangkitkan motif belajar siswa serta mendorong/ memberikan motivasi dari belakang. Dalam arti, kita sebagai calon guru dituntut melalui sikap dan perbuatan menjadikan dirinya pola panutan dan ikutan orang-orang yang dipimpinnya. Dalan hal ini, siswa-siswa di sekolahnya, juga sebagai seorang guru dituntut harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang dibimbingnya serta harus mampu mendorong orang-orang yang diasuhnya agar berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
Guru bukan hanya pengajar, pelatih dan pembimbing, tetapi juga sebagai cermin tempat subjek didik dapat berkaca. Dalam relasi interpersonal antar guru dan subjek didik tercipta situasi didik yang memungkinkan subjek didik dapat belajar menerapkan nilai-nilai yang menjadi contoh dan memberi contoh. Guru mampu menjadi orang yang mengerti diri siswa dengan segala problematikanya, guru juga harus mempunyai wibawa sehingga siswa segan terhadapnya. Hakikat guru pendidik adalah bahwa ia digugu dan ditiru.



7.      Kepribadian Guru PAI
   Keteladanan akan dapat membangun hubungan, memperbaiki kredibilitas, dan meningkatkan pengaruh(Bobbi DePorter).
Dari paparan di atas, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa salah satu aspek penting yang langsung atau tidak langsung mempengaruhi terhadap kesuksesan seorang guru dalam menlankan tugasnya adalah factor kepribadian. Kepribadian yang akan menentukan apakah seorang guru akan menjadi pendidik dan Pembina yang baik bagi para siswanya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan siswanya. Faktor kepribadian akan semakin menentukan peranannya pada siswa yang masih kecil dan yang sedang mengalami keguncangan jiwa.
Sebagai guru Pendidikan Agama Islam maka sewajarnya guru PAI memiliki kepribadian yang seluruh aspek kehidupannya adalah “uswatun hasanah”. Pribadi guru adalah uswatun hasanah. Betapa tingginya derajat seorang guru sehingga wajarlah bila guru diberi berbagai julukan yang tidak akan pernah ditemukan pada profesi lain.
1. Takwa kepada Allah swt.
Guru, sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan Islam, tidak mungkin mendidik anak didik agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertakwa kepada-Nya. Sebab ia adalah teladan bagi anak didiknya sebagaimana Rasulullah saw. Menjadi teladan bagi umatnya. Sejauh mana guru mampu member teladan yang baik kepada semua anak didiknya, sejauh itu pulalah ia akan diperkirakan akan berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia.
2. Berakhlak mulia
Budi pekerti guru penting dalam pendidikan watak anak didik. Guru harus menjadi teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Di antara tujuan pendidikan yaitu membentuk akhlak
yang mulia pada diri pribadi anak didik dan ini hanya mungkin bisa dilakukan jika pribadi guru berakhlak mulia pula. Guru yang tidak berakhlak mulia tidak mungkin dipercaya untuk mendidik.
Yang dimaksud akhlak mulia dalam ilmu pendidikan Islam adalah akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam, seperti yang dicontohkan pendidik utama, Nabi Muhammad saw. Kegiatan mengajar / mendidik sikap guru sangat penting. Berhasilnya mengajar sangat ditentukan oleh sifat dan sikap guru.
3. Adil, Jujur dan objektif
Adil, jujur dan objektif dalam memperlakukan dan juga menilai siswa dalam proses belajar mengajar merupakan hal yang harus dilakukan oleh guru. Sifat-sifat ini harus ditunjang oleh penghayatan dan pengamalan nilai-nilai moral dan nilai-nilai sosial budaya yang diperoleh dari kehidupan masyarakat dan pengalaman belajar yang diperolehnya. Jangan sampai guru melakukan sebuah tindakan yang tidak adil, tidak jujur dan subjektif. Tindakan negative semacam ini tidak hanya tidak boleh dilakukan oleh seorang guru dalam kaitannya aktifitas mendidik, tetapi juga ketika sudah dalam kehidupan bermasyarakat.
4. Berdisiplin dalam melaksanakan tugas
Disiplin muncul dari kebiasaan hidup dan kehidupanDisiplin muncul dari kebiasaan hidup dan kehidupan, belajar yang teratur, serta mencintai dan menghargai pekerjaannya. Disiplin adalah bagian dari mentalitas dan kebiasan yang harus dibangun dengan landasan cinta dan kasih saying. Budaya disiplin tidak akan terwujud manakala guru justru sering melanggarnya. Guru harus menjadi teladan sebagai sosok yang dapat dicontoh dalam hal kedisiplinannya.
5. Ulet dan tekun bekerja
Keuletan dalam ketekunan bekerja tanpa mengenal lelah dan pamrih hal yang harus dimiliki pribadi guru dalam melaksanakan tugasnya sehinnga program yang telah digariskan dalam kurikulum yang telah ditetapkan berjalan sebagaimana mestinya.
6. Berwibawa
Kewibawaan harus dimiliki oleh guru, sebab dengan kewibawaan proses belajar mengajar akan terlaksana dengan baik, berdisiplin, dan tertib. Dengan demikian kewibawaan bukan taat dan patuh pada peraturan yang berlaku sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh guru.






C.    KESIMPULAN
Kepribadian guru adalah perilaku seorang guru yang berkaitan dengan kemampuan individu dalam mewujudkan dirinya sebagai pribadi yang mandiri untuk melaksanakan tranformasi diri, identias diri, dan pemahaman diri dan memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari.
Guru bukan hanya pengajar, pelatih dan pembimbing, tetapi juga sebagai cermin tempat subjek didik dapat berkaca. Dalam relasi interpersonal antar guru dan subjek didik tercipta situasi didik yang memungkinkan subjek didik dapat belajar menerapkan nilai-nilai yang menjadi contoh dan memberi contoh. Guru mampu menjadi orang yang mengerti diri siswa dengan segala problematikanya, guru juga harus mempunyai wibawa sehingga siswa segan terhadapnya. Hakikat guru pendidik adalah bahwa ia digugu dan ditiru.
Ciri Kepribadian Guru PAI yaitu :
1. Takwa kepada Allah swt.
2. Berakhlak mulia
3. Adil, Jujur dan objektif
4. Berdisiplin dalam melaksanakan tugas
5. Ulet dan tekun bekerja
6. Berwibawa
D.    REFERENSI
Jifad,Asep. 2013. Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Erlangga
Naim, Ngainun. 2009. Menjadi Guru Inspiratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Roqib, Nurfuadi. 2009. Kepribadian Guru. Yogyakarta: Grafindo Litera Media

Tidak ada komentar:

Posting Komentar