KEPRIBADIAN GURU DALAM PEMBELAJARAN
Disusun Oleh
Sakinah 1132020150
Tajibulloh F. R. 1132020169
A.
PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang
Guru dalam proses pembelajaran di kelas dipandang dapat memainkan
peran penting terutama dalam membantu peserta didik untuk membangun sikap
positif dalam belajar, membangkitkan rasa ingin tahu, mendorong kemandirian dan
ketepatan logika intelektual, serta menciptakan kondisi-kondisi untuk sukses
dalam belajar.
Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP) ditegaskan bahwa pendidik (guru) harus
memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah serta pendidikan anak usia dini. Arahan normatif tersebut yang menyatakan
bahwa guru sebagai agen pembelajaran menunjukkan pada harapan, bahwa guru
merupakan pihak pertama yang paling bertanggung jawab dalam pentransferan ilmu
pengetahuan kepada peserta didik.
Salah satu diantara kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
Guru yakni Kompetensi Kepribadian, namun yang menjadi permasalahan Kompetensi kepribadian kurang dikembangkan melalui pendidikan di dalam
kelas dalam melakukan pembelajaran. Padahal seorang guru wajib memiliki sikap
dan kepribadian yang dapat dijadikan teladan bagi anak didik dan dan anggota
masyarakat yang lain. Kompetensi kepribadian merupakan sumber kekuatan, sumber
inspirasi, sumber motivasi, dan sumber inovasi bagi guru untuk memiliki kompetensi
pedagogik, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Oleh karena itu
didalam makalah singkat ini akan dijelaskan bagaimana pentingnya serta apa
fungsi dari Kepribadian seorang guru didalam pembelajaran.
b.
Rumusan Masalah
1.
Apa Pengertian Kepribadian Guru ?
2.
Sebutkan Pengertian Pembelajaran ?
3.
Bagaimanakah seharusnya Kepribadian Seorang Guru dalam Pembelajaran ?
4.
Jelaskan Pentingnya Kepribadian Guru dalam Pembelajaran ?
5.
Apakah Fungsi Kepribadian Guru dalam Pembelajaran ?
c.
Tujuan
1.
Mengetahui Pengertian Kepribadian Guru
2.
Memahami Pengertian Pembelajaran
3.
Mampu memahami bagaimanakah
seharusnya Kepribadian Seorang Guru dalam Pembelajaran
4.
Memahami Pentingnya Kepribadian Guru dalam Pembelajaran
5.
Mengetahui Fungsi Kepribadian Guru dalam Pembelajaran
B.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kepribadian Guru
Muhibbin Syah (2005), Mcleod (1989) mengartikan bahwa kepribadian
(personality) sebagai sifat khas yang dimiliki seseorang. Dalam hal ini, kata
yang sangat dekat artinya dengan kepribadian adalah karakter dan identitas.
Sedangkan Syaiful Bahri Djamarah (2005), Zakiah Daradjat (1980) mengatakan
bahwa kepribadian diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala segi
dan asfek kehidupan. Kepribadian menurut Theodore M. Newcomb
diartikan sebagai organisasi sikap-sikap (predispositions)
yang memiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
Dalam arti sederhana, kepribadian berarti sifat hakiki individu yang
tercermin pada sikap dan perbuatannya yang membedakan dirinya dari yang lain.
Menurut tinjauan psikologi, kepribadian pada prinsipnya adalah susunan atau
kesatuan antara aspek perilaku mental (pikiran, perasaan, dan sebagainya)
dengan asper perilaku behavioral (perbuatan nyata). Aspek-aspek ini berkaitan
secara fungsional dalam diri seorang individu, sehingga membuatnya bertingkah
laku secara khas dan tetap (reber 1988). Setiap guru mempunyai pribadi
masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi yang mereka miliki. Kepribadian
sebenarnya adalah suatu masalah yang abstrak, hanya dapat dilihat lewat penampilan,
tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan.
B. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah usaha untuk menycapai tujuan berupa kemampuan tertentu,
atau pembelajaran adalah usaha untuk terciptanya situasi belajar sehingga yang
belajar memperoleh dan meningkatkan kemampuannya.
Gagne mendepinisikan Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang
diciptakan dan dirancang untuk mendoring, menggiatkan dan mendukung belajar
siswa.
C. Kepribadian Seorang
Guru dalam Pembelajaran
Sebagai seorang guru sangat penting memiliki sikap yang dapat mempribadi
sehingga dapat dibedakan ia dengan guru yang lain. Memang, kepribadian menurut
Zakiah Darajat disebut sebagai sesuatu yang abstrak, sukar dilihat secara
nyata, hanya dapat diketahui lewat penampilan, tindakan, dan atau ucapan ketika
menghadapi suatu persoalan, atau melalui atasannya saja.
Ruang lingkup
kompetensi guru tidak lepas dari falsafat hidup, nilai-nilai yang berkembang,
di tempat seorang guru berada, tetapi beberapa hal yang bersifat universal yang
mesti dimiliki oleh guru dalam menjalankan fungsinya sebagai makhluk individu
atau pribadi yang menunjang terhadap keberhasilan tugas pendidikan yang
diembannya.
Kemampuan pribadi guru
menurut Sanusi (2007) mencakup hal-hal berikut:
a. Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru,
terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya.
b. Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut
oleh guru.
Penampilan upaya untuk menjadikan
dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya. Kepribadian mencakup
semua unsur, baik fisik maupun psikis. Sehingga dapat diketahui bahwa setiap
tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan cerminan dari kepribadian
seseorang, selama hal tersebut dilakukan dengan penuh kesadaran. Setiap
perkataan, tindakan, dan tingkah laku positif akan meningkatkan citra diri dan
kepribadian seseorang. Begitu naik kepribadian seseorang maka akan naik pula
wibawa orang tersebut.
Kepribadian yang perlu
dimiliki guru dalam melakukan pembelajaran antara lain sebagai berikut:
a. Guru memiliki kelebihan dibandingkan yang lain. Oleh karena itu perlu
dikembangkan rasa percaya pada diri sendiri dan tanggung jawab bahwa ia
memiliki potensi yang besar dalam bidang keguruan dan mampu untuk menyelesaikan
berbagai persoalan yang dihadapinnya.
b. Guru senantiasa berhadapan dengan komunitas yang berbeda dan beragam
keunikan dari peserta didik maka guru
perlu untuk mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleransi dalam menyikapi
perbedaan yang ditemuinya dalam berinteraksi dengan peserta didik. Contoh:
dalam situasi belajar mengajar di kelas guru mengembangkan metode diskusi dalam
mata pelajaran tertentu dan memberikan kesempatan kepada murid untuk
menyampaikan pendapatnya bahkan mau menerima pendapat yang berbeda dari murid
dengan alasan yang rasional dan sebaliknya agar dihindari perilaku yang ingin
menang sendiri dan menganggap dirinya paling benar serta tidak mau menerima
masukan dari siapa pun termasuk murid.
c. Guru diharapkan dapat menjadi fasilitator dalam menumbuhkembangkan budaya
berpikir kritis pada siswa, saling menerima dalam perbedaan pendapat dan
menyikapinya untuk mencapai tujuan bersama maka dituntut seorang guru untuk
bersikap demokratis dalam menyampaikan dan menerima gagasan-gagasan mengenai
permasalahan yang ada disekitarnya sehingga guru menjadi terbuka dan tidak
menutup diri dari hal-hal yang berbeda di luar dirinya
d. Menjadi guru yang baik tidak semudah membalikkan telapak tangan, hal ini
menuntut kesabaran dalam mencapainya. Guru diharapkan dapat sabar dalam arti
tekun dan ulet melaksanakan proses pendidikan karena hasil pendidikan tidak
langsung dapat dirasakan saat itu tetapi membutuhkan proses yang panjang.
e. Guru mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan pembaharuan, baik dalam
bidang profesinya maupun dalam spesialisasinya. Contoh: dalam menyikapi
kemajuan ilmu teknologi informasi, seorang guru yang merasa kurang dalam
memperoleh tambahan pengetahuan mau menyisihkan hasil pendapatan mengajarnyaa
untuk mengikuti kursus komputer dan bahasa asing serta bergabung dengan
lembaga-lembaga yang mengembangkan pengkajian tentang ilmu dan teknologi di
tempat dia tinggal dan menghindari perilaku yang merasa malu-malu untuk
bertanya dan menambah ilmu pengetahuan bahkan merasa telah cukup dengan apa
yang telah dimilikinya.
f. Guru mampu mengahayati tujuan-tujuan pendidikan baik secara nasional,
kelembagaan, kurikuler sapai tujuan mata pelajaran yang dimilikinya. Sebagai
contoh guru matematika di SMU harus mengetahui tujuan pendidikan dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) no. 20 tahun 2003. Selain itu
juga mesti memahami tujuan sekolah di tempat guru mengajar,tujuan bidang studi
matematikan yang diajarkannya sampai TIK dari pokok bahasan tertentu yang
sedang diajarkannya di kelas.
g. Pemahaman diri, yaitu kemampuan untuk memahami berbagai aspek dirinya baik
positif maupun negatif. Kepribadian yang efektif akan terwujud apabila seorang
telah mampu memahami identitas dirinya, siapakah dirinya, mengapa ia memilih
guru sebagai jabatannya dan kelebihan serta kekurangan apa saja yang terdapat
pada dirinya.
h. Guru mampu melakukan
perubahan-perubahan dalam mengembangkan profesinya sebagai inovator dan
kreator. Sebagai contoh seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran di
kelas tidak terpaku pada satu metode saja tetapi berani melakukannya dengan
menggunakan berbagai metode pembelajaran dan berinisiatif untuk membuat model
pembelajaran serta mencobakannya di kelas.
D. Pentingnya Kepribadian
Guru dalam Pembelajaran
Mengenai pentingnya kepribadian guru Muhibbin Syah (2005) telah mengutip bahwa seorang psikilog
terkemuka, Profesor Doktor Zakiah Daradjat (1982) menegaskan: kepribadian
itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan Pembina yang baik
bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa
depan anak didik terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat sekolah
dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).
Menurut Zakiah Daradjat (2005) Mungkin dalam hal ini, lebih baik kita
memandang kepribadian tersebut dari segi terpadu (integrated) atau tidaknya.
Seseorang yang memiliki kepribadian
terpadu, dapat menghadapi segala persoalan dengan wajar dan sehat, karena
segala unsur dalam pribadinya bekerja seimbang dan serasi.. Maka sebagai guru
ia dapat memahami kelakuan anak didik sesuai dengan perkembangan jiwa yang
sedang dilaluinya. Pertanyaan anak didik dapat dipahami secara obyektif,
artinya tidak ada dikaitkannya dengan persangkaan atau emosi yang tidak
menyenangkan. Tidak jarang guru yang merasa rendah diri, menanggapi pertanyaan
anak didik sebagai kritikan atau ancaman terhadap harga dirinya, maka
jawabannya bercampur emosi, misalnya
dengan marah atau ancaman. Perasaan dan emosi guru yang mempunyai kepribadian
terpadu tampak stabil, optimis dan menyenangkan. Dia dapat memikat hati anak
didiknya, karena setiap anak merasa diterima dan disayangi oleh guru, betapapun
sikap dan tingkah lakunya.
Guru yang goncang atau tidak stabil emosinya, misalnya mudah cemas,
penakut, pemarah, penyedih dan pemurung. Menyebabkan anak didik akan
terombang-ambing dibawa oleh arus emosi guru yang goncang tersebut karena anak
didik yang masih dalam pertumbuhan jiwa itu juga dalam keadaan tidak stabil,
karena masih dalam pertumbuhan dan perubahan. Biasanya guru yang tidak stabil
emosinya tersebut tidak menyenangkan bagi anak didik, karena mereka seringkali
merasa tidak dimengerti oleh guru. Kegoncangan perasaan anak didik itu akan
menyebabkan kurangnya kemampuannya untuk menerima dan memahami pelajaran, sebab
konsentrasi pikirannya diganggu oleh perasaannya yang goncang karena melihat
atau menghadap guru yang goncang tadi.
Guru yang pemarah atau keras, akan menyebabkan anak didik takut. Ketakutan
itu dapat bertumbuh atau berkembang menjadi benci. Karena takut itu menimbulkan
derita atau ketegangan dalam hati anak, jika ia sering menderita oleh seorang
guru, maka guru tersebut akan dijauhinya agar dapat menghindari derita yang
mungkin terjadi. Akan tetapi sebagai anak didik yang harus patuh dan tunduk
kepada peraturan sekolah, ia terpaksa tetap berada dalam kelas, ketika guru
tersebut ada, maka lambat laun guru itu akan menjadi guru yang dibenci oleh
anak didiknya. Apabila anak didik benci kepada guru, maka ia tidak akan berhasil
mendapatkan bimbingan dan pendidikan dari guru tetsebut, selanjutnya ia akan
menjadi bodoh walaupun kecerdasannya tinggi. Demikian pula dengan berbagai
emosi lainnya yang tidak stabil, akan membawa kepada kegoncangan emosi pula
pada anak didik, bahkan mungkin akan membawa kepada kegoncangan kejiwaan.
Menurut Zakiah Daradjat (2005) Sikap guru terhadap agama juga merupakan
salah satu penampilan kepribadian. Guru yang acuh tak acuh kepada agama akan
menunjukkan sikap yang dapat menyebabkan anak didik terbawa pula kepada arus
tersebut, bahkan kadang-kadang meyebabkan terganggunya jiwa anak didik. Sebuah
contoh yang pernah terjadi di sebuah SMP di suatu kota sebagai berikut: seorang anak didik kelas dua dibawa
ke klinik jiwa, karena mengalami gangguan kejiwaan, cemas takut dan tidak dapat
belajar. Setelah diteliti dan dikumpulkan oleh seorang dokter jiwa informasi tentang berbagai peristiwa dan
pengalaman yang terjadi pada anak tersebut, ternyata penyakit tersebut dideritanya
sejak guru olah raga memarahinya didepan kelas dengan meremehkan ketentuan
agama yaitu ketika guru tersebut akan membawa anak didiknya pergi berenang.
Anak tadi bertanya, “bagaimana mungkin anak perempuan bersama anak laki-laki
dalam pakaian renang?”
Guru olah raga yang tidak bijaksana tersebut menjawab sambil mengejek,
“apakah kamu berenang pake rukuh (telekung).” Anak-anak terawa, tetapi anak
yang bertanya tadi diam dan merasa sangat malu serta bingung, apa yang harus
diperbuatnya. Selama ini ia tahu bahwa wanita itu harus menutupi tubuhnya
karena ada ketentuan agama yang harus dipatuhi. Akan tetapi gurunya mengejeknya
ketika ia bertanya untuk mendapatkan penjelasan agar ia dapat keluar dari
kesukarannya itu. Ia tidak dapat menyelesaikan persoalannya itu, akhirnya ia
jatuh kepada gangguan kejiwaan. Bagi anak-anak lain yang tidak mengalami
gangguan kejiwaan mendengar jawaban guru tersebut bisa saja menyebabkan mereka
condong untuk meremehkan ketentuan agama.
E. Fungsi Kepribadian Guru
dalam Pembelajaran
Banyak masalah
psikologis yang dihadapi peserta didik, banyak pula minat, kemampuan, motivasi
dan kebutuhannya. Semuanya memerlukan bimbingan guru yang berkepribadian dapat
bertindak sebagi pembimbing, penyuluh dan dapat menolong peserta didik agar
mampu menolong dirinya sendiri. Di sinilah letak kompetensi kepribadian guru
sebagai pembimbing dan suri tauladan. Guru adalah sebagai panutan yang harus
digugu dan ditiru dan sebagai contoh pula bagi kehidupan dan pribadi peserta
didiknya.
Dikemukakan oleh Ki
Hajar Dewantara dalam sistem Amongnya yaitu guru harus: Ing ngarso sungtuladha, Ing Madya Mangun karso, Tut Wuri Handayani. Artinya
adalah bahwa guru harus menjadi contoh dan teladan, membangkitkan motif belajar
siswa serta mendorong memberikan motivasi dari belakang. Dalam arti, kita
sebagai calon guru dituntut melalui sikap dan perbuatan menjadikan dirinya pola
panutan dan ikutan orang-orang yang dipimpinnya
Guru bukan hanya
pengajar, pelatih dan pembimbing, tetapi juga sebagai cermin tempat subjek
didik dapat berkaca. Dalam relasi interpersonal antar guru dan subjek didik
tercipta situasi didik yang memungkinkan subjek didik dapat belajar menerapkan
nilai-nilai yang menjadi contoh dan memberi contoh. Guru mampu menjadi orang
yang mengerti diri siswa dengan segala problematikanya, guru juga harus
mempunyai wibawa sehingga siswa segan terhadapnya. Hakikat guru pendidik adalah
bahwa ia digugu lan ditiru.
Berdasarkan uraian di
atas, fungsi kompetensi kepribadian guru adalah memberikan bimbingan dan suri
tauladan, secara bersama-sama mengembangkan kreativitas dan membangkitkan motif
belajar serta dorongan untuk maju kepada anak didik.
C.
KESIMPULAN
Kepribadian guru
merupakan perilaku seorang guru yang berkaitan dengan kemampuan individu dalam mewujudkan
dirinya sebagai pribadi yang mandiri untuk melaksanakan tranformasi diri,
identias diri, dan pemahaman diri dan memiliki nilai-nilai luhur sehingga
terpancar dalam perilaku sehari-hari.
Fungsi kompetensi
kepribadian guru adalah memberikan bimbingan dan suri tauladan, secara
bersama-sama mengembangkan kreativitas dan membangkitkan motif belajar serta
dorongan untuk maju kepada anak didik. Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan
Pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau
penghancur bagi hari depan anak didik terutama bagi anak didik yang masih kecil
(tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa
(tingkat menengah).
D.
DAFTAR PUSTAKA
Jamaludin
dkk.2015. Pembelajaran Perspektif Islam. PT Remaja Rosdakaya. Bandung.
Mulyasa
E. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. PT Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Rochman
Chaerul, Heri Gunawan. 2011. Pengembangan Kompetensi “Kepribadian Guru”.
Nuansa Cendikia. Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar